BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan pendidikan
dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tidak pernah
berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh
hasil perubahan yang dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan pembelajaran.
Istilah belajar dan
pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran
sesungguhnnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau
memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu harus dipahami bagaimana
siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami
proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran
yang tepat bagi siswanya.
Dalam proses
pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar sedangkan tugas utama
setiap siswa adalah belajar. Keterkaitan antara belajar dan mengajar itulah
yang disebut dengan pembelajaran. Sedangkan menurut McAshan, kompetensi adalah
suatu pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki
oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Artinya tanpa pengetahuan dan
sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi merupakan suatu model pembelajaran dimana perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran
berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam
pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang ditetapkan sehingga mereka tuntas dalam belajarnya. (Depdiknas,
2003: 8).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
pembelajaran berbasis kompetensi
2. Landasan
pembelajaran berbasis kompetensi
3. Prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi
4. Karakteristik
pembelajaan berbasis karakter
5. Implikasi
pembelajaran berbasis kompetensi
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui makna pembelajaran berbasis kompetensi
2. Untuk
mengetahui landasan pembelajaran berbasis kompetensi
3. Untuk
mengetahui prinsip dari pembelajaran berbasis kompetensi
4. Untuk
mengetahui karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi
5. Untuk
mengetahui implikasi pembelajaran berbasis kompetensi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke
waktu dan tidak pernah berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis
kompetensi merupakan contoh hasil perubahan yang dimaksud dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik, merupakkan konsep kurikulum yang sampai sat ini banyak mewarnai
teori-teori dan praktik dalam pendidikan.[1]
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus
dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut
dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai
lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29) adalah "pernyataan
yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan
diukur". Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk
bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada
kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena itu, penerapan pendidikan berbasis
kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di
tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi adalah pengembangan
silabus dan sistem penilaian berbasiskan kompetensi.
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum,
pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian hasil belajar sesuai dengan
standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada siswa
melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi,
strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat
keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar
prosedur tertentu.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan suatu model pembelajaran dimana
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi.
Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang
dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan sehingga mereka tuntas dalam
belajarnya. (Depdiknas, 2002).
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa
apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran harus
dirumuskan dengan jelas. Perumusan dimaksud diwujudkan dalam bentuk standar
kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi
standar materi atau standar isi (content standard) dan standar pencapaian
(performance standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang
lingkup materi pembelajaran yang harus dikuasi siswa, sedangkan standar
penampilan berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa. Tingkat
penguasaan itu misalnya harus 100% dikuasai atau boleh kurang dari 100%. Sesuai
dengan pokok-pokok pikiran tersebut, masalah materi pembelajaran memegang
peranan penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.
Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar dipilih setelah identitas
mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar ditentukan.
Langkah-langkah pengembangan pembelajaran sesuai KBK antara lain
1. menentukan
identitas matapelajaran,
2. menentukan
standar kompetensi,
3. kompetensi
dasar,
4. materi
pembelajaran,
5. strategi
pembelajaran/pengalaman belajar,
6. indikator
pencapaian.
Setelah pokok-pokok
materi pembelajaran ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian
materi pembelajaran dapat berisikan butir-butir materi penting (key concepts)
yang harus dipelajari siswa atau dalam bentuk uraian secara lengkap seperti
yang terdapat dalam buku-buku pelajaran.
Seperti yang diuraikan
di muka, materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau
materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai
yang harus dipelajari siswa.
Materi pembelajaran
perlu dipilih dengan tepat agar dapat seoptimal mungkin membantu siswa dalam
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul
berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan,
urutan, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber bahan
ajar. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi atau ditentukan dengan
tepat karena setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, media, dan
cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman
materi pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan tidak lebih.
Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut.
Perlakuan (cara mengajarkan atau menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih
setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya, misalnya
perlu kejelasan apakah suatu materi harus dihafalkan, dipahami, atau
diaplikasikan.[5]
B. Tujuan Pembelajaran Berbasis
Kompetensi
Dalam depdiknas 2002,
karakteristik KBK:
1.
Menekankan kepada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara indifidual maupun klasikal.
2.
Berorientasi pada
hasil belajar dan keberagaman.
3.
Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang berfariasi.
4.
Sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure
educative.
5.
Penilaian menekankan
pada prose dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi Pembelajaran berbasis kompetensi memiliki tujuan, sebagai berikut:
1.
Memberikan motivasi
belajar kepada peserta didik agar dapat mewujudkan ketercapaian tujuan
pembelajaran secara optimal
2.
Membina
kedisiplinan dan rasa tanggung-jawab peserta didik dalam mengikuti aturan main
kelas, sehingga masing-masing peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya;
3.
Membimbing dan
mengendalikan kegiatan belajar peserta didik demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan secara optimal;
4.
Mengarahkan
sikap atau perilaku peserta didik yang menyimpang dari tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai;
5.
Memberdayakan
sarana kelas guna mendukung kelancaran kegiatan belajar peserta didik sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
6.
Mewujudkan
lingkungan belajar yang menyenangkan (kondusif) sebagai wahana bagi peserta
didik dalam menumbuh-kembangkan potensinya secara optimal
Dari tujuan diatas
jelaslah kita dapatkan apa sebenarnya yang di inginkan dari adanya kurikulum
berbasis kompetensi ini, cuma saja penerapan atau pencapaian dari tujuan
tersebut belum terca pai secara maksimal.
B.
Prinsip Pembelajaran
Berbasis Kompetensi
Prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
1.
Berpusat pada peserta
didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek
pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi.
Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu
bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya;
2.
Pembelajaran terpadu
agar kompetensi yang dirumuskan dalam kompetensi dasar dan standar kompetensi
tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan,
dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan;
3.
Pembelajaran dilakukan
dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta
didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh
karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan
individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya
4.
Pembelajaran dilakukan
secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas
(mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik
yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas
diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya;
5.
Pembelajaran
dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi
pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan
permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan;
6.
Pembelajaran dilakukan
dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar
beragam bagi peserta didik;
7.
Peran guru sebagai
fasilitator, motivator, dan narasumber.
Salah satu strategi
yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme. Dengan lima strategi
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu:
1.
Mengaitkan (relating)
Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating ini apabila ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa
yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru;
2.
Mengalami
(experiencing)
Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi
baru dengan pengalaman sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat
ketika siswa memanfaatkan (memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif
3.
Menerapkan (applying)
Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan
masalahnya, guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang
realistic dan relevan;
4.
Kerja sama
(cooperating)
Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah
yang komplek dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja sama secara
individual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari
bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan dunia nyata;
5.
Mentransfer
(transferring)
Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam
pengalaman belajar denga fokus pada pemahaman bukan hapalan.[9]
Diharapkan peserta
didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Tujuh konsep utama
pembelajaran kontekstual, yaitu:
1.
Constructivisme
Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial
untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal
sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki. Belajar berarti menyediakan
kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahuan, bukan
menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta
didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru,
menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif
agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu
2.
Inquiry
Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, dan menarik simpulan. Langkah-langkah inkuiri dengan
merumuskan masalah, melakukan observasi, analisis data, kemudian
mengomunikasikan hasilnya
3.
Questioning
Berguna bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan menilai peserta didik;
menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik.
Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar
4.
Learning
Community
Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif. Belajar dilakukan dalam
kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan komunikasi berkembang
5.
Modelling
Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik
seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain. Pemodelan
dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain
6.
Reflection
a.
Tentang cara berpikir
apa yang baru dipelajari
b.
Respon terhadap
kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
c.
Hasil konstruksi
pengetahuan yang baru. Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya
7.
Assesment
a.
Menilai sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan
b.
Berlangsung selama
proses secara terintegrasi
c.
Dilakukan melalui
berbagai cara (test dan non-test)
d.
Alternative bentuk:
kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal
D. Karakteristik Pembelajaran Yang Berbasis Karakter
Ciri-ciri Guru
Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Karakter Perubahan kesadaran, keyakian,
kepekaan, dan sikap diharapkan dapat memicu munculnya kebajikan masyarakat
yang tadinya masih ter-pendam dan menghindarkan masyarakat dari
ber-kembangnya kebiasaan yang merusak diri sendiri. Pada tataran lebih nyata,
dalam jangka panjang pendidikan karakter sekurang-kurangnya diharap-kan dapat
membawa perubahan pada perilaku orang-orang yang bekerja pada lembaga-lembaga
Negara dan sektor swasta dan pada perilaku ma-syarakat luas. Perubahan jangka
panjang merupakan aku-mulasi dari perubahan jangka pendek yang terjadi secara
berkesinambungan. Untuk meyakinkan ter-jadinya perbaikan jangka menengah dan
jangka panjang, pendidikan karakter haruslah memberi ke-majuan jangka pendek
yang bisa dilihat atau di-rasakan.
Dalam memantau
keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, kita perlu mengidentifikasikan
indikator kemajuan yang dicapai. Indikator ini terutama sekali mencakup
berkembangnya kebiasa-an baik pada semua kemajuan yang dicapai. Indikator
ini terutama sekali mencakup berkem-bangnya kebiasaan baik pada semua unsur
komu-nitas sekolah dan dampak dari berkembangnya ke-biasaan baik tersebut.
Guru dinyatakan telah melakukan pembe-lajaran berbasis karakter apabila dalam proses pembelajaran yang dilakukan mencakup;
Guru dinyatakan telah melakukan pembe-lajaran berbasis karakter apabila dalam proses pembelajaran yang dilakukan mencakup;
1.
Siswa berpartisipasi
aktif dalam proses pem-belajaran partisipasi ini dilakukan dengan ber-tanya
atau memberikan pendapat atau gagasan atau mempersiapkan diri lebih baik untuk
meng-ikuti pelajaran.
2.
Meningkatnya tingkat
kejujuran siswa atau me-nurunnya tingkat kecurangan dalam proses pem-belajaran.
3.
Proses pembelajaran menjadi
lebih menggem-birakan namun tetap terkendali. Siswa akan lebih menikmati proses
pembelajaran; bagi me-reka belajar tidak dirasakan sebagai beban, teta-pi
sebagai tantangan.
4.
Guru menjadi lebih
kreatif dalam merancang proses pembelajaran. Guru akan mencari cara-cara baru
yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan efektif bagi
siswa. [11]
E. Penyajian Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dapat diterapkan dalam berbagai model pembelajaran, antara lain:
1.
Individual Learning
Model pembelajaran individu Keller Plan ialah membuka kesempatan bagi siswa
untuk belajar menurut kecepatan masing-masing, dengan ciri-ciri:
a.
memungkinkan siswa
belajar sendiri;
b.
memperhatikan
perbedaan kecepatan belajar siswa;
c.
terdapat kejelasan
tujuan yang harus dipahami;
d.
memungkinkan siswa
berpartisipasi aktif;
e.
secara optimal
menerapkan belajar tuntas.
Prinsip-prinsip pada model Keller Plan
(Sudjoko, 1985) meliputi:
a.
Satu Course dibagi
atas beberapa unit yang berurutan;
b.
Tiap unit berisi
tujuan, prosedur kerja dan dan beberapa persoalan;
c.
Siswa belajar sendiri
atas petunjuk kerja dari unit satu ke unit berikutnya secara berurutan;
d.
Siswa bisa mengambil
ujian untuk masing-masing unit kapan saja merasa telah siap;
e.
Tiap kuliah dan
demonstrasi hanya digunakan untuk sekedar memberi motivasi belajar dan bukan
merupakan sumber informasi;
f.
Tidak harus ada media
seperti audio visual, tape dan slide;
g.
Staf yang terlibat
adalah instruktur (guru) dan Proctor (undergraduate students) yaitu siswa yang
dianggap mampu menguasai seluruh unit.
2.
Mastery Learning
Penguasaan belajar mastery learning merupakan metode pembelajaran yang
menganggap semua anak dapat belajar jika mereka diberikan dengan kondisi
pembelajaran yang tepat. Secara khusus, penguasaan pembelajaran adalah metode
dimana siswa tidak maju untuk tujuan belajar selanjutnya sampai mereka
menunjukkan kemahiran dengan yang sekarang.
Penguasaan kurikulum pembelajaran umumnya terdiri dari topik diskrit
yang semua siswa mulai bersama-sama. Siswa yang tidak memuaskan lengkap topik
diberi instruksi tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai topik
awal terlibat dalam aktivitas pengayaan sampai seluruh kelas dapat kemajuan
bersama. Penguasaan pembelajaran meliputi banyak unsur tutoring sukses dan
fungsi independen yang terlihat pada siswa. Dalam lingkungan belajar
penguasaan, guru mengarahkan berbagai teknik pembelajaran berbasis kelompok,
dengan dan spesifik umpan balik sering dengan menggunakan diagnostik, tes formatif , serta teratur
memperbaiki kesalahan siswa belajar membuat sepanjang jalan mereka.
3.
Student Active
Learning
Dalam pembelajaran siswa aktif, guru dan siswa sama-sama aktif.
Masing-masing tahu akan tugasnya masing-masing. Guru mengajar dan siswa diajar.
Dalam pembelajaran model ini guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan juga
mengemukakan gagasannya. Keaktifan siswa ini sangat penting untuk membentuk
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan juga orang lain.
Dalam buku Ki Hajar Dewantara, dikatakan bahwa pembelajaran aktif pada
hakekatnya adalah pembelajaran yang direncanakan oleh guru dan dilaksanakan
oleh siswa dengan penuh riang gembira tanpa beban. Mampu mengekspresikan
dirinya dan mengeluarkan potensi unik yang ada dalam dirinya sehingga
menghantarkan dirinya menemukan minat dan bakatnya secara alami.
Dalam pembelajaran active learning terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan. Prinsip tersebut meliputi empat dimensi, yaitu:
a.
Dimensi subjek didik
1)
Keberanian mewujudkan
minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam
proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direnca
nakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok,
dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
2)
Keberanian untuk
mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut
dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar
mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
3)
Kreatifitas siswa
dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan
tertentu yang memang dirancang olch guru.
4)
Kreatifitas siswa
dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan
tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
5)
Peranan bebas dalam
mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
b.
Dimensi Guru
1)
Adanya usaha dan guru
untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa
secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
2)
Kemampuan guru dalam
menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
3)
Sikap demokratis yang
ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
4)
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara, mama serta tingkat kemampuan
masing-masing.
5)
Kemampuan untuk
menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi
media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa
untuk mencapai tujuan.
c.
Dimensi Program
1)
Tujuan instruksional,
konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan
siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
2)
Program yang
memungkinkan terjadinya pengembangan konsep mau pun aktivitas siswa dalam
proses belajar-mengajar.
3)
Program yang fleksibel
(luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4)
Dimensi situasi
belajar-mengajar
5)
Situasi belajar yang
menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun
antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
6)
Adanya suasana gembira
dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaaran berbasis
kompetensi lebih menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimana sesorang memiliki kompetensi tertentu apabila ia bukan hanya sekedar
tahu tentang sesuatu itu, tetapi bagaimana implikasi dan implementasi
pengetahuan itu dalam pola perilaku dalam kegiatan yang ia lakukan.
Oleh karena itu,
penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan
yang mampu berkompetisi di tingkat global.
B. Saran
Dalam pembuatan
makalah ini kami menyadari masih banyaknya terdapat kekurangan-kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan dari audiens sekalian untuk dapat memberikan masukan
yang membangun demi kesempurnaan dari makalah kami ini.
Atas masukan dan saran
yang audiens berikan kami mengucapkan banyak terima kasih dan makalah kami ini
dapat disempurnakan demi kebaikan dari kita bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 2
Ibid, duniaguru.com
Op.Chit, Wina
Sanjaya, h.12
http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/12/pembelajaran-siswa-aktif/ http://kidispur.blogspot.com/2009/01/prinsip-pembelajaran-berbasis.html
Ibid.
0 Comments