BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Memilih
bidang pekerjaan yang akan digeluti bukanlah perkara mudah. Bidang pekerjaan
yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan menjadikan pekerjaan terasa berat
untuk dijalani. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang tepat dalam memilih
bidang pekerjaan. Bidang pekerjaan yang tepat adalah bidang yang sesuai dengan
minat dan bakat dari setiap individu itu sendiri. Akan tetapi, seringkali
seseorang bahkan tidak mengetahui apa yang menjadi minat dan bakatnya.
Untungnya, pada tahun 1959 John Lewis Holland dalam tulisannya yang berjudul A
Theory of Vocational Choice menyatakan suatu teori yang kini dikenal
sebagai Teori Holland.
Teori Holland adalah teori mengenai pemilihan pekerjaan
berdasarkan minat dan bakat seseorang. Selain itu, menurut Holland pemilihan
pekerjaan pun didasari pada faktor lingkungan dimana individu tinggal. Untuk
mendukung teori tersebut, Holland membuat suatu tes untuk menentukan minat dan
bakat seseorang yang disebut Holland Codes. Holland Codes membagi manusia ke
dalam enam tipe kepribadian, yaitu realistic, investigative, artistic,
social, enterprising, dan conventional atau biasa
disingkat RIASEC.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan mengenai
makalah ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang teori
holland
2. Mengetahui konsep teori holland
3. Mengetahui implikasi, kelebihan,
dan kelemahan teori holland
1.3
Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini perlu
dibatasi agar pembahasan lebih terfokus,
maka diberikan batasan sebagai
berikut:
1. Latar belakang teori holland
2. Konsep teori holland
3. Implikasi, kelebihan, dan
kelemahan teori holland
1.4
Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang, tujuan, batasan
masalah dan sistimatika penulisan makalah.
2. BAB II PEMBAHASAN
Bab
ini membahas tentang pokok & bahasan makalah.
3. BAB III PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan makalah yang dibuat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar
Belakang Teori Holland
Sejak kemunculan teori
Holland, teori ini telah menjadi kekuatan utama dalam psikologi terapan.
Presentasi pertama teori ini pada tahun 1959 yang menekankan pencarian aspek
kesesuaian individu-lingkungan. Orang membuat pilihan pekerjaan dalam pencarian
arti untuk situasi yang memuaskan hierarki kesesuaiannya. Pada versi awal ini
juga terdapat penekanan pada akuisisi dan pengolahan informasi lingkungan.
Orang dengan informasi lebih lanjut tentang lingkungan kerja dapat membuat
pilihan yang lebih memadai daripada orang-orang dengan kurang informasi. Selain
itu, pengaruh eksternal seperti orang tua dan guru juga berpengaruh terhadap
pilihan karier individu.
Serangkaian artikel penelitian yang luar biasa diikuti saat Holland
berada di National Merit Scholarship Corporation yang mendokumentasikan
karakteristik dari jenis, kegiatan yang disukai, deskripsi diri, dan
kompetensi. Studi ini, yang dirangkum Holland, mengungkapkan bahwa enam jenis
kepribadian, bila dihitung dengan menggunakan satu dari beberapa inventori,
menunjukkan pola yang reliabel dengan prediksi teoritis. Misalnya, jenis
realistis cenderung keras kepala dan menyesuaikan. Mereka lebih memilih seni
industri dan pertanian sebagai bidang utama dan surveyor dan mekanik sebagai
pilihan kerja. Sedangkan jenis artistik cenderung imajinatif dan emosional.
Mereka lebih memilih seni dan musik sebagai bidang utama dan artis dan penulis
sebagai pilihan kerja.
Selain studi yang
mengeksplorasi sifat dari jenis, Holland berkolaborasi dengan Alexander Astin
untuk mempelajari sifat lingkungan perguruan tinggi. Environmental
Assessment Technique (EAT) yang melibatkan sensus jenis jurusan, program
studi, dan mahasiswa di sebuah universitas tertentu tertentu sebagai sarana
karakteristik lingkungan pendidikan yang dihasilkan. Pekerjaan awal, terutama
di lingkungan perguruan tinggi, yang diringkas dalam monografi penting American
College Testing oleh W. Bruce Walsh, seorang mahasiswa Belanda di University
of Iowa.
Tahun 1970-an ditandai
dengan periode intens dalam penelitian pengukuran dan pengembangan. The
Self-Directed Search (SDS) muncul. Tema Holland ditambahkan ke Strong-Campbell
Interest Inventory, dan kemudian memperkenalkan teori kepada masyarakat.
Selama periode ini, Holland adalah direktur dari Pusat Organisasi Sekolah
Sosial di Johns Hopkins University. Selama periode yang sama, bekerja
pada klasifikasi lingkungan pendidikan tinggi memberikan cara untuk klasifikasi
lingkungan kerja, dan perhatian yang intens beralih ke masalah gender dalam
pengukuran minat. Sebuah kemajuan yang signifikan dalam pemahaman sifat minat
dengan penemuan struktur yang terjabarkan dalam Holland’s Hexagon.
Dua perubahan yang terjadi selama tahun 1980. Gary Gottfredson
memulai menganalisis ulang deskripsi data pekerjaan yang menghasilkan Dictionary
of Holland Occupational Codes. Pada teori awalnya, lingkungan didefinisikan
sebagai sejumlah individu dari tipe tertentu yang menghuni lingkungan
(misalnya, lingkungan sosial terdiri dari individu-individu dengan kode sosial
yang sama dan yang memecahkan masalah dengan berinteraksi sosial), lingkungan
yang sekarang didefinisikan tidak hanya dengan menjumlah individu tertentu, tetapi
dengan analisis data (tingkat data, individu, barang-barang dari data analisis
jabatan) tentang apa yang benar-benar dilakukan individu-individu di lingkungan
mereka. Perubahan ini tepat digambarkan sebagai pergeseran dari pengukuran
lingkungan “incumbent-based” ke “public-recordbased”. Perubahan
kedua pada 1980-an adalah pergeseran penekanan dari teori konstruksi ke
intervensi pekerjaan. Perubahan ini sejajar dengan keberhasilan SDS (Self-Directed
Search).
Menurut Savickas & Prapaskah, 1994 (dalam Spokane, Luchetta
& Richwine, 2002) tahun 1990-an menunjukkan minat baru dalam teori dan
revisinya, serta pertanyaan konvergensi antara teori-teori karier. Program
penelitian mengejutkan yang kuat pada struktur yang mendasari minat pekerjaan
dengan meningkatnya penekanan pada validitas budaya dari teori dan debat sama
kuat pada sifat kompleks tentang minat. Ulasan penelitian terbaru yang meneliti
besar, akumulasi literatur penelitian tentang kesesuaian individu-lingkungan
dalam teori Holland, semakin meningkat dengan minat dalam konteks budaya dari
teori. Pekerjaan itu terus berlanjut pada teori, instrumen, dan paradigma
penelitian yang dipopulerkan oleh Holland merupakan penghargaan untuk nilai
heuristik besar teori itu.
2.2 Konsep
Teori Holland
Teori Holland memberikan
perhatian pada karakteristik perilaku atau tipe kepribadian sebagai penyebab
utama dalam pilihan dan perkembangan karier individu (Herr, Cramer & Niles,
2004; Perry & VanZandt, 2006). Kepribadian seseorang menurut Holland merupakan
hasil dari keturunan dan pengaruh lingkungan (Osipow, 1983). Faktor keturunan
adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang sifatnya
menurun. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor yang berasal dari luar
individu itu sendiri, bisa terdiri dari pengaruh budaya, teman bergaul, orang
tua, guru dan orang dewasa.
Menurut Weinrach 1984 (dalam
Herr, Cramer & Niles, 2004) teori Holland dideskripsikan sebagai
struktural-interaktif karena menghubungkan secara tegas antara karakteristik
kepribadian dengan jenis pekerjaan. Holland (dalam Herr, Cramer & Niles,
2004) mengajukan pendekatan struktural-enteraktif dalam beberapa tema umum,
yaitu:
1. Pilihan pekerjaan adalah
ekspresi dari kepribadian dan bukan sebuah kejadian yang acak, meskipun ketidaksengajaan
juga bermain peran.
2. Anggota dari sebuah
kelompok pekerjaan memiliki persamaan kepribadian dan persamaan histori
perkembangan individu.
3. Karena seseorang dalam
kelompok pekerjaan memiliki persamaan kepribadian, mereka akan merespon beberapa
situasi dan permasalahan dengan cara yang sama.
4. Prestasi, kemantapan, dan kepuasan pekerjaan tergantung pada
kesesuaian antara kepribadian seseorang dan lingkungan pekerjaan.
Menurut Gothard, dkk (2001) terdapat empat asumsi yang merupakan
jantung teori Holland. Adapun keempat asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari
enam tipe: realistik, investigatif, artistik, sosial, enterprising, dan
konvensional.
2. Ada enam tipe lingkungan
pekerjaan: realistik, investigatif, artistik, sosial enterprising, dan
konvensional.
3. Orang menyelidiki
lingkungan-lingkungan yang akan membiarkan atau memungkinkannya melatih
keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuannya, mengekspresikan
sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan menerima masalah-masalah serta
peranan-peranan yang sesuai.
4. Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara
kepribadiannya dan ciri-ciri lingkungannya.
Sebagai tambahan, Holland (dalam Gothard, dkk, 2001; Spokane,
Luchetta & Richwine, 2002) menyebut beberapa konsep kunci yang lain. Adapun
konsep kunci tersebut adalah sebagai berikut:
1. Consistency. Beberapa
pasangan tipe lebih dekat hubungannya daripada yang lainnya. Misalnya,
tipe-tipe realistik dan investigatif lebih banyak persamaannya daripada
tipe-tipe konvensional dan artistik. Konsistensi adalah tingkat hubungan antara
tipe-tipe kepribadian atau antara model-model lingkungan. Taraf-taraf konsistensi
atau keterhubungan diasumsikan mempengaruhi preferensi vokasional. Misalnya,
orang yang paling menyerupai tipe realistik dan paling menyerupai berikutnya
dengan tipe investigatif (orang yang realistik-investigatif) seharusnya lebih
dapat diramalkan daripada orang yang realistik-sosial.
2. Differentiation. Beberapa
tipe kepribadian atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas daripada yang
lainnya. Misalnya, seseorang mungkin sangat menyerupai suatu tipe dan
menunjukkan sedikit kesamaan dengan tipe- tipe lainnya, atau suatu lingkungan
mungkin sebagian besar didominasi oleh suatu tipe tunggal. Sebaliknya, orang
yang menyerupai banyak tipe atau suatu lingkungan yang bercirikan kira-kira
sama dengan keenam tipe tersebut tidak terdiferensiasi atau kurang terdefinisikan.
Taraf di mana seseorang atau suatu lingkungan terdefinisikan dengan baik adalah
taraf diferensiasinya.
3. Congruence. Terdapat
derajat kesesuaian antara tipe kepribadian orang dan lingkungan. Misalnya,
tipe-tipe realistik tumbuh dengan subur dalam lingkungan-lingkungan realistik
karena lingkungan seperti itu memberikan kesempatan-kesempatan dan menghargai
kebutuhan-kebutuhan tipe realistik. Ketidakharmonisan (incongruence)
terjadi bila suatu tipe hidup dalam suatu lingkungan yang menyediakan
kesempatan-kesempatan dan penghargaan-penghargaan yang asing bagi
preferensi-preferensi atau kemampuan-kemampuan orang itu. Misalnya, tipe
realistik dalam suatu lingkungan sosial.
4. Identity. Identity merupakan
indikator tingkat kejelasan “gambaran tujuan, minat dan bakat seseorang“. Identity
terkait dengan diferensiasi dan konsistensi dalam menentukan kekuatan
kepribadian dan lingkungan.
5. Calculus.
Teori Holland menggambarkan bagaimana
individu berinteraksi dengan lingkungan mereka dan bagaimana karakteristik
individu dan lingkungan mengakibatkan pilihan dan penyesuaian pekerjaan
(Spokane & Cruza-Guet, 2005; Gottfredson, 1999). Holland membagi enam tipe
kepribadian yang berkorelasi dengan tipe lingkungan pekerjaan, yaitu realistik,
intelektual, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional (Ferguson, 2008;
Gothard, dkk, 2001; Spokane, Luchetta & Richwine, 2002; Herr, Cramer &
Niles, 2004; Kidd, 2006; Nathan & Hill, 2006).
1. Realistik
Tipe realistik preferensinya
pada aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau
sistematik terhadap obyek-obyek, alat-alat, mesin-mesin, dan binatang-binatang.
Tidak menyukai aktivitas-aktivitas pemberian bantuan atau pendidikan.
Preferensi-preferensi membawa kepada pengembangan kompetensi-kompetensi dalam
bekerja dengan benda-benda, binatang-binatang, alat-alat dan perlengkapan
teknik, dan mengabaikan kompetensi-kompetensi sosial dan pendidikan. Menganggap
diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam keterampilan-keterampilan
sosial hubungan-hubungan insani. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti:
uang dan kekuasaan. Ciri-ciri khususnya adalah praktikalitas, stabilitas,
konformitas. Mungkin lebih menyukai keterampilan-keterampilan dan
okupasi-okupasi teknik.
2. Investigatif
Tipe Investigatif memiliki
preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang memerlukan penyelidikan
observasional, simbolik, sistematik, dan kreatif terhadap fenomena fisik,
biologis, dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut,
dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif.
Contoh-contoh dari okupasi-okupasi yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe-tipe
investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.
3. Artistik
Tipe Artistik lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambiguous,
bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk-produk artistik,
seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang
sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi-kompetensi dalam upaya-upaya artistik
dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin, sistematik, klerikal
diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen, dan memiliki
kemampuan-kemampuan artistik. Beberapa ciri khususnya adalah emosional,
imaginatif, impulsif, danmurni. Okupasi-okupasi artistik biasanya adalah lukisan,
karangan, akting, dan seni pahat.
4. Sosial
Tipe Sosial lebih menyukai
aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang lain dengan penekanan pada
membantu, mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai
aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan
materi-materi. Kompetensi-kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal
yang bersifat manual & teknik diabaikan. Menganggap diri kompeten dalam
membantu dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas-attivitas
hubungan-hubungan sosial. Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama,
bersahabat, persuasif, dan bijaksana. Okupasi-okupasi sosial mencakup
pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan pekerjaan kesejahteraan
sosial.
5. Enterprising
Tipe Enterprising lebih
menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang
lain untuk perolehan ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai
aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah. Kompetensi-kompetensi
kepemimpinan, persuasif dan yang bersifat supervisi dikembangkan, dan yang
ilmiah diabaikan. Memandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan
memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi.
Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
6. Konvensional
Tipe Konvensional lebih
menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi data yang eksplisit,
teratur, dan sistematik guna memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan
organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas dan
tidak sistematik. Kompetensi-kompetensi dikembangkan dalam bidang-bidang
klerikal, komputasional, dan sistem usaha. Aktivitas-aktivitas artistik dan semacamnya diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah
menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan-keterampilan klerikal dan numerikal.
Beberapa ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol
diri. Okupasi-okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak,
dan pemegang buku.
Individu dapat dikategorikan dalam salah
satu dari enam tipe di atas. Beberapa metode yang bisa digunakan adalah dengan
melihat ekspresi pilihan pekerjaan, minat pendidikan, atau melalui instrumen
seperti Vocational Preference Inventory, Strong Interest Inventory, atau
Self-Directed Search (Brown, 2007). Untuk keterangan lebih lanjut terkait
enam tipe kepribadian menurut Holland (dalam Spokane & Cruza-Guet, 2005)
akan disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Enam Jenis
Kepribadian
No
|
Tipe Kepribadian
|
Deskripsi
|
1
|
Tipe realistik
menyukai pekerjaan yang realistis seperti montir mobil, pengemudi pesawat,
surveyor, petani, tukang listrik. Memiliki kemampuan mekanik, tapi mungkin
kurang dalam keterampilan sosial.
|
Tipe realistik dideskripsikan memiliki karakteristik
asosial, mudah beradaptasi, jujur, asli, keras kepala, kaku, materialistis,
natural, normal, gigih, praktis, self-effacing, hemat, uninsightful,
tidak terlibat.
|
2
|
Jenis investigasi menyukai pekerjaan investigasi
seperti biologi, kimia, fisika, antropolog, ahli geologi, dan teknologi
medis. Memiliki kemampuan matematika dan ilmiah tetapi sering tidak memiliki
kemampuan kepemimpinan.
|
Tipe investigasi dideskripsikan memiliki
karakteristik analytical, berhati-hati, kompleks, kritis, ingin tahu,
independen, cendekiawan, mawas diri, pesimistis, tepat, rasional, reserved,
retiring, sederhana, tak populer.
|
3
|
Jenis artistik menyukai pekerjaan artistik seperti
komposer, musisi, sutradara panggung, penulis, dekorator interior,
aktor/aktris. Memiliki kemampuan artistik
seperti menulis dan musik, tapi sering kekurangan
dalam hal pekerjaan perkantoran.
|
Tipe artistik dideskripsikan memiliki karakteristik
rumit, kacau, emosional, ekspresif, idealistis, imajinatif, tak berguna,
impulsif, independen, mawas diri, intuitif, tidak sesuai, terbuka, asli,
peka.
|
4
|
Jenis sosial menyukai pekerjaan sosial seperti guru,
pekerja agama, konselor, psikolog klinis, pekerja kasus psikiatri, terapi
bicara. Memiliki keterampilan dan bakat sosial tetapi sering tidak memiliki
kemampuan mekanik dan ilmiah.
|
Tipe sosial dideskripsikan memiliki karakteristik
kekuasaan, mampu bekerja sama, empatik, ramah, murah hati, bermanfaat,
idealistis, baik hati, sabar, persuasif, tanggung jawab, supel, bijaksana,
mampu memahami, hangat.
|
5
|
Tipe enterprising menyukai pekerjaan yang giat
seperti tenaga penjualan, manajer, eksekutif bisnis, produser televisi,
promotor olahraga, pembeli. Memiliki kepemimpinan dan kemampuan berbicara
tetapi sering tidak memiliki kemampuan ilmiah.
|
Tipe enterpresing dideskripsikan memiliki
karakteristik tamak, suka berpetualang, ramah, ambisius, mendominasi, giat,
mencari kesenangan, menyukai pertunjukan, terbuka, genit, optimis, percaya
diri, supel, latah.
|
6
|
Jenis konvensional menyukai pekerjaan konvensional
seperti pembukuan, stenografer, analis keuangan, bankir, biaya estimator,
ahli pajak. Memiliki kemampuan administrasi dan aritmatika tetapi sering
tidak memiliki kemampuan artistik.
|
Tipe konvensional dideskripsikan memiliki
karakteristik hati-hati, sesuai, teliti, defensif, efisien, kaku, menghambat,
metodis, taat, tertib, gigih, praktis, munafik, hemat, tanpa fantasi.
|
Teori Holland mengemukakan bahwa terdapat enam tipe kepribadian dan
lingkungan kerja. Enam tipe kepribadian dan lingkungan pekerjaan tersebut
seringkali disebut dengan RIASEC, yang merupakan singkatan dari Realistic,
Investigative, Artistic, Social, Enterprising, and Conventional (Spokane
& Cruza-Guet, 2005; Armstrong, dkk, 2008; Deng, Armstrong & Rounds,
2006). Tipe kepribadian RIASEC didefinisikan dengan preferensi dan keengganan
yang mempengaruhi pilihan lingkungan kerja, dan lingkungan didefinisikan oleh
aktivitas kerja yang khas dan tuntutan lainnya yang ditempatkan pada individu
(Armstrong, dkk, 2008). Setiap individu perlu menemukan lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan tipe kepribadiannya. Semakin baik tingkat kecocokan antara
tempat kerja (lingkungan pekerjaan) dan gambaran gambaran tipe kepribadiannya,
semakin meningkat kepuasan orang tersebut dengan pekerjaannya.
Penting untuk diketahui bahwa gambaran minat seseorang biasanya
merupakan gabungan dari enam tipe di atas (Perry & VanZandt, 2006; Sharf,
1992). Holland menemukan bahwa hampir sebagian besar orang memiliki minat pada
beberapa area di atas, namun demikian biasanya individu memiliki minat yang
lebih kuat pada sebuah area (tipe) dibandingkan area-area yang lain. Dengan
demikian, dimungkinkan untuk seseorang memiliki area minat utama dan minat
kedua.
Tipe kepribadian memiliki
karakteristik yang unik, yang berkembang dari faktor genetik dan pengaruh
lingkungan. Teori Holland menyatakan bahwa bahwa area RIASEC berbentuk
hexagonal didasarkan pada hubungan antara tipe yang satu dengan lainnya yang
sering disebut dengan Holland’s Hexagon (Schika, Dye & Curtiss,
1997). Adapun bentuk dari Holland’s Hexagon tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Model Holland’s
Hexagon
Menurut Holland suatu tipe memiliki
korelasi dengan tipe-tipe lainnya (Osipow, 1983). Misalnya tipe artistik dekat
dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe sosial di sisi lainnya,
akan tetapi berseberangan dengan tipe konvensional. Hal ini memiliki makna tipe
artistik memiliki korelasi yang kuat terhadap tipe investigatif dan sosial,
akan tetapi memiliki korelasi yang rendah dengan tipe konvensional. Seseorang
yang memiliki minat artistik yang kuat akan sangat cocok bila berada dalam
lingkup pekerjaan yang juga bersifat artistik (contohnya pelukis, penari, atau
aktor) dibandingkan pada lingkup pekerjaan yang bersifat konventional
(contohnya, pustakawan atau administrator). Dengan demikian, tingkat kepuasan
kerjanya menjadi lebih tinggi dibandingkan bila ia memaksakan diri untuk
melakukan pekerjaan yang sifatnya konventional.
2.3 Implikasi
Teori Holland
Holland
menyebut kesejajaran antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja sebagai congruence
(Donohue, 2005). Jika tipe kepribadian individu dan tipe lingkungan
kongruen, maka dipercaya individu akan lebih mantap dalam pilihan karier,
prestasi pekerjaan lebih tinggi, prestasi akademik lebih tinggi, lebih menjaga
kemantapan personal, dan lebih puas (Brown, 2007). Akan tetapi, banyak individu
yang kurang memahami tipe kepribadian yang dimiliki dan lingkungan kerja yang
diminatinya. Akibatnya banyak dari mereka yang tidak mendapatkan kesesuaian
antara minat karier dan lingkungan kerja. Selain itu, mereka juga tidak
memahami dan tidak mengetahui bagaimana cara mendapatkan kesesuaian antara
minat karier yang sesuai dengan tipe kepribadian dan lingkungan kerja yang
diminatinya.
Sehingga,
ketika mereka terjun ke dunia pekerjaan tingkat kepuasan kerja individu
tersebut cenderung rendah. Salah satu implikasi paling penting dari teori
Holland adalah konselor dapat membantu konseli menganalisis minat dan
lingkungan kerja mereka serta memahami hubungan keduanya (Kidd, 2006). Dengan
membantu menganalisis minat dan lingkungan kerja, maka akan dapat memfasilitasi
konseli dalam memantapkan minat kerjanya dan menyesuaikannya dengan lingkungan kerja.
Kesesuaian dari minat kerja dan lingkungan kerja ini akan meningkatkan kepuasan
kerja konseli.
2.4 Kelebihan
dan kelemahan Teori Holland
Teori Holland oleh banyak
pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif karena
meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang
dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh
menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian.
Sementara itu, kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau
proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan
fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur.
Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi
tertentu (occupational level), Holland menunjuk pada taraf inteligensi
yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah
tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang
BAB III
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Teori
Holland memberikan perhatian pada karakteristik perilaku atau tipe kepribadian
sebagai penyebab utama dalam pilihan dan perkembangan vokasional / karier (Vocational Choice). Holland membagi enam
tipe kepribadian yang berkorelasi dengan lingkungan pekerjaan, yaitu realistik,
intelektual, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional. Setiap individu
perlu menemukan tempat kerja (lingkungan kerja) yang sesuai dengan tipe
kepribadiannya. Semakin baik tingkat kecocokan antara tempat kerja dan gambaran
tipe kepribadiannya, semakin meningkat kepuasan orang tersebut dengan
pekerjaannya.
Daftar Pustaka
Armstrong, P.I., dkk. 2008. Holland’s RIASEC Model as an
Integrative Framework for Individual Differences. Journal of Counseling
Psychology, 55 (1): 1-18.
Brown, D. 2007. Career Information, Career Counseling, and
Career Development. USA: Pearson Education, Inc.
Deng, C., Armstrong, P.I. & Rounds, D. 2006. The Fit of
Holland’s RIASEC Model to US Occupations. Journal of Vocational Behavior,
71: 1-22.
Donohue, R. 2005. Person-Environment Congruence in Relation to
Career Change and Career Persistence. Journal of Vocational Behavior,
68: 504-515.
Ferguson. 2008. Careers and Vocational Guidance. New York:
Infobase Publishing.
Gothard, dkk. 2001. Careers Guidance in Context. London:
SAGE Publications Ltd.
Gottfredson, G.D. 1999. John L. Holland’s Contributions to
Vocational Psychology: A Review and Evaluation. Journal of Vocational
Behavior, 55: 15-40.
Herr, E.L., Cramer, S.H. & Niles, S.G. 2004. Career
Guidance and Counseling throgh the Lifespan: Systematic Approaches. Boston:
Pearson.
Holland, J.L. 1997. Making Vocational Choices. New Jersey:
Prentice Hall.
Kidd, J. M. 2006. Understanding Career Counselling: Theory,
Research and Practice. London: SAGE Publications Ltd.
Nathan, R & Hill, L. 2006. Career Counselling. London:
SAGE Publications Ltd.
Osipow, S.H. 1983. Theories of Career Development. London:
Prentice-Hall International Inc.
Perry, N. & VanZandt, Z. 2006. Focus on the Future: A
Career Development Curriculum for Secondary School Students. New York: Open
Society Institute.
Schika, D. A., Dye, D. A. & Curtiss, G. 1997. Correspondence
Between Five-Factor and RIASEC Models of Personality. Journal of Personality
Assesment, 68 (2): 355-368.
Sharf, R.S. 1992. Applying Career Development Theory to
Counseling. USA: Brooks/Cole Publishing Company.
Spokane
A.R., Luchetta, E.J. & Richwine, M.H. 2002. Career Choice and
Development (D. Brown & Associates, Ed.). San Francisco: John Wiley
& Sons, Inc
0 Comments