VOCATIONAL CHOICE

Hasil gambar untuk VOCATIONAL CHOICE
BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

            Memilih bidang pekerjaan yang akan digeluti bukanlah perkara mudah. Bidang pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan menjadikan pekerjaan terasa berat untuk dijalani. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang tepat dalam memilih bidang pekerjaan. Bidang pekerjaan yang tepat adalah bidang yang sesuai dengan minat dan bakat dari setiap individu itu sendiri. Akan tetapi, seringkali seseorang bahkan tidak mengetahui apa yang menjadi minat dan bakatnya. Untungnya, pada tahun 1959 John Lewis Holland dalam tulisannya yang berjudul A Theory of Vocational Choice menyatakan suatu teori yang kini dikenal sebagai Teori Holland.
Teori Holland adalah teori mengenai pemilihan pekerjaan berdasarkan minat dan bakat seseorang. Selain itu, menurut Holland pemilihan pekerjaan pun didasari pada faktor lingkungan dimana individu tinggal. Untuk mendukung teori tersebut, Holland membuat suatu tes untuk menentukan minat dan bakat seseorang yang disebut Holland Codes. Holland Codes membagi manusia ke dalam enam tipe kepribadian, yaitu realistic, investigative, artistic, social, enterprising, dan conventional atau biasa disingkat RIASEC.

1.2            Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan mengenai makalah ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang teori holland
2. Mengetahui konsep teori holland
3. Mengetahui implikasi, kelebihan, dan kelemahan teori holland

1.3            Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini perlu dibatasi agar pembahasan lebih terfokus,
maka diberikan batasan sebagai berikut:
1. Latar belakang teori holland
2. Konsep teori holland

3. Implikasi, kelebihan, dan kelemahan teori holland

1.4            Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistimatika penulisan makalah.
2. BAB II PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pokok & bahasan makalah.
3. BAB III PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan makalah yang dibuat.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Latar Belakang Teori Holland
Sejak kemunculan teori Holland, teori ini telah menjadi kekuatan utama dalam psikologi terapan. Presentasi pertama teori ini pada tahun 1959 yang menekankan pencarian aspek kesesuaian individu-lingkungan. Orang membuat pilihan pekerjaan dalam pencarian arti untuk situasi yang memuaskan hierarki kesesuaiannya. Pada versi awal ini juga terdapat penekanan pada akuisisi dan pengolahan informasi lingkungan. Orang dengan informasi lebih lanjut tentang lingkungan kerja dapat membuat pilihan yang lebih memadai daripada orang-orang dengan kurang informasi. Selain itu, pengaruh eksternal seperti orang tua dan guru juga berpengaruh terhadap pilihan karier individu.
Serangkaian artikel penelitian yang luar biasa diikuti saat Holland berada di National Merit Scholarship Corporation yang mendokumentasikan karakteristik dari jenis, kegiatan yang disukai, deskripsi diri, dan kompetensi. Studi ini, yang dirangkum Holland, mengungkapkan bahwa enam jenis kepribadian, bila dihitung dengan menggunakan satu dari beberapa inventori, menunjukkan pola yang reliabel dengan prediksi teoritis. Misalnya, jenis realistis cenderung keras kepala dan menyesuaikan. Mereka lebih memilih seni industri dan pertanian sebagai bidang utama dan surveyor dan mekanik sebagai pilihan kerja. Sedangkan jenis artistik cenderung imajinatif dan emosional. Mereka lebih memilih seni dan musik sebagai bidang utama dan artis dan penulis sebagai pilihan kerja.
Selain studi yang mengeksplorasi sifat dari jenis, Holland berkolaborasi dengan Alexander Astin untuk mempelajari sifat lingkungan perguruan tinggi. Environmental Assessment Technique (EAT) yang melibatkan sensus jenis jurusan, program studi, dan mahasiswa di sebuah universitas tertentu tertentu sebagai sarana karakteristik lingkungan pendidikan yang dihasilkan. Pekerjaan awal, terutama di lingkungan perguruan tinggi, yang diringkas dalam monografi penting American College Testing oleh W. Bruce Walsh, seorang mahasiswa Belanda di University of Iowa.
Tahun 1970-an ditandai dengan periode intens dalam penelitian pengukuran dan pengembangan. The Self-Directed Search (SDS) muncul. Tema Holland ditambahkan ke Strong-Campbell Interest Inventory, dan kemudian memperkenalkan teori kepada masyarakat. Selama periode ini, Holland adalah direktur dari Pusat Organisasi Sekolah Sosial di Johns Hopkins University. Selama periode yang sama, bekerja pada klasifikasi lingkungan pendidikan tinggi memberikan cara untuk klasifikasi lingkungan kerja, dan perhatian yang intens beralih ke masalah gender dalam pengukuran minat. Sebuah kemajuan yang signifikan dalam pemahaman sifat minat dengan penemuan struktur yang terjabarkan dalam Holland’s Hexagon.
Dua perubahan yang terjadi selama tahun 1980. Gary Gottfredson memulai menganalisis ulang deskripsi data pekerjaan yang menghasilkan Dictionary of Holland Occupational Codes. Pada teori awalnya, lingkungan didefinisikan sebagai sejumlah individu dari tipe tertentu yang menghuni lingkungan (misalnya, lingkungan sosial terdiri dari individu-individu dengan kode sosial yang sama dan yang memecahkan masalah dengan berinteraksi sosial), lingkungan yang sekarang didefinisikan tidak hanya dengan menjumlah individu tertentu, tetapi dengan analisis data (tingkat data, individu, barang-barang dari data analisis jabatan) tentang apa yang benar-benar dilakukan individu-individu di lingkungan mereka. Perubahan ini tepat digambarkan sebagai pergeseran dari pengukuran lingkungan “incumbent-based” ke “public-recordbased”. Perubahan kedua pada 1980-an adalah pergeseran penekanan dari teori konstruksi ke intervensi pekerjaan. Perubahan ini sejajar dengan keberhasilan SDS (Self-Directed Search).
Menurut Savickas & Prapaskah, 1994 (dalam Spokane, Luchetta & Richwine, 2002) tahun 1990-an menunjukkan minat baru dalam teori dan revisinya, serta pertanyaan konvergensi antara teori-teori karier. Program penelitian mengejutkan yang kuat pada struktur yang mendasari minat pekerjaan dengan meningkatnya penekanan pada validitas budaya dari teori dan debat sama kuat pada sifat kompleks tentang minat. Ulasan penelitian terbaru yang meneliti besar, akumulasi literatur penelitian tentang kesesuaian individu-lingkungan dalam teori Holland, semakin meningkat dengan minat dalam konteks budaya dari teori. Pekerjaan itu terus berlanjut pada teori, instrumen, dan paradigma penelitian yang dipopulerkan oleh Holland merupakan penghargaan untuk nilai heuristik besar teori itu.


2.2     Konsep Teori Holland
Teori Holland memberikan perhatian pada karakteristik perilaku atau tipe kepribadian sebagai penyebab utama dalam pilihan dan perkembangan karier individu (Herr, Cramer & Niles, 2004; Perry & VanZandt, 2006). Kepribadian seseorang menurut Holland merupakan hasil dari keturunan dan pengaruh lingkungan (Osipow, 1983). Faktor keturunan adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang sifatnya menurun. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, bisa terdiri dari pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, guru dan orang dewasa.
Menurut Weinrach 1984 (dalam Herr, Cramer & Niles, 2004) teori Holland dideskripsikan sebagai struktural-interaktif karena menghubungkan secara tegas antara karakteristik kepribadian dengan jenis pekerjaan. Holland (dalam Herr, Cramer & Niles, 2004) mengajukan pendekatan struktural-enteraktif dalam beberapa tema umum, yaitu:
1.   Pilihan pekerjaan adalah ekspresi dari kepribadian dan bukan sebuah kejadian yang acak, meskipun ketidaksengajaan juga bermain peran.
2.   Anggota dari sebuah kelompok pekerjaan memiliki persamaan kepribadian dan persamaan histori perkembangan individu.
3.   Karena seseorang dalam kelompok pekerjaan memiliki persamaan kepribadian, mereka akan merespon beberapa situasi dan permasalahan dengan cara yang sama.
4. Prestasi, kemantapan, dan kepuasan pekerjaan tergantung pada kesesuaian antara kepribadian seseorang dan lingkungan pekerjaan.

Menurut Gothard, dkk (2001) terdapat empat asumsi yang merupakan jantung teori Holland. Adapun keempat asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari enam tipe: realistik, investigatif, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional.
2.   Ada enam tipe lingkungan pekerjaan: realistik, investigatif, artistik, sosial enterprising, dan konvensional.
3.   Orang menyelidiki lingkungan-lingkungan yang akan membiarkan atau memungkinkannya melatih keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuai.
4. Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dan ciri-ciri lingkungannya.

Sebagai tambahan, Holland (dalam Gothard, dkk, 2001; Spokane, Luchetta & Richwine, 2002) menyebut beberapa konsep kunci yang lain. Adapun konsep kunci tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Consistency. Beberapa pasangan tipe lebih dekat hubungannya daripada yang lainnya. Misalnya, tipe-tipe realistik dan investigatif lebih banyak persamaannya daripada tipe-tipe konvensional dan artistik. Konsistensi adalah tingkat hubungan antara tipe-tipe kepribadian atau antara model-model lingkungan. Taraf-taraf konsistensi atau keterhubungan diasumsikan mempengaruhi preferensi vokasional. Misalnya, orang yang paling menyerupai tipe realistik dan paling menyerupai berikutnya dengan tipe investigatif (orang yang realistik-investigatif) seharusnya lebih dapat diramalkan daripada orang yang realistik-sosial.

2.   Differentiation. Beberapa tipe kepribadian atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas daripada yang lainnya. Misalnya, seseorang mungkin sangat menyerupai suatu tipe dan menunjukkan sedikit kesamaan dengan tipe- tipe lainnya, atau suatu lingkungan mungkin sebagian besar didominasi oleh suatu tipe tunggal. Sebaliknya, orang yang menyerupai banyak tipe atau suatu lingkungan yang bercirikan kira-kira sama dengan keenam tipe tersebut tidak terdiferensiasi atau kurang terdefinisikan. Taraf di mana seseorang atau suatu lingkungan terdefinisikan dengan baik adalah taraf diferensiasinya.
3.   Congruence. Terdapat derajat kesesuaian antara tipe kepribadian orang dan lingkungan. Misalnya, tipe-tipe realistik tumbuh dengan subur dalam lingkungan-lingkungan realistik karena lingkungan seperti itu memberikan kesempatan-kesempatan dan menghargai kebutuhan-kebutuhan tipe realistik. Ketidakharmonisan (incongruence) terjadi bila suatu tipe hidup dalam suatu lingkungan yang menyediakan kesempatan-kesempatan dan penghargaan-penghargaan yang asing bagi preferensi-preferensi atau kemampuan-kemampuan orang itu. Misalnya, tipe realistik dalam suatu lingkungan sosial.
4.   Identity. Identity merupakan indikator tingkat kejelasan “gambaran tujuan, minat dan bakat seseorang“. Identity terkait dengan diferensiasi dan konsistensi dalam menentukan kekuatan kepribadian dan lingkungan.
5.   Calculus.

Teori Holland menggambarkan bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungan mereka dan bagaimana karakteristik individu dan lingkungan mengakibatkan pilihan dan penyesuaian pekerjaan (Spokane & Cruza-Guet, 2005; Gottfredson, 1999). Holland membagi enam tipe kepribadian yang berkorelasi dengan tipe lingkungan pekerjaan, yaitu realistik, intelektual, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional (Ferguson, 2008; Gothard, dkk, 2001; Spokane, Luchetta & Richwine, 2002; Herr, Cramer & Niles, 2004; Kidd, 2006; Nathan & Hill, 2006).



1. Realistik
Tipe realistik preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap obyek-obyek, alat-alat, mesin-mesin, dan binatang-binatang. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas pemberian bantuan atau pendidikan. Preferensi-preferensi membawa kepada pengembangan kompetensi-kompetensi dalam bekerja dengan benda-benda, binatang-binatang, alat-alat dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan kompetensi-kompetensi sosial dan pendidikan. Menganggap diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam keterampilan-keterampilan sosial hubungan-hubungan insani. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti: uang dan kekuasaan. Ciri-ciri khususnya adalah praktikalitas, stabilitas, konformitas. Mungkin lebih menyukai keterampilan-keterampilan dan okupasi-okupasi teknik.
2. Investigatif
Tipe Investigatif memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang memerlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik, dan kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh-contoh dari okupasi-okupasi yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe-tipe investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.
3. Artistik
Tipe Artistik lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambiguous, bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk-produk artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi-kompetensi dalam upaya-upaya artistik dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen, dan memiliki kemampuan-kemampuan artistik. Beberapa ciri khususnya adalah emosional, imaginatif, impulsif, danmurni. Okupasi-okupasi artistik biasanya adalah lukisan, karangan, akting, dan seni pahat.
4. Sosial
Tipe Sosial lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang lain dengan penekanan pada membantu, mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan materi-materi. Kompetensi-kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat manual & teknik diabaikan. Menganggap diri kompeten dalam membantu dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas-attivitas hubungan-hubungan sosial. Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama, bersahabat, persuasif, dan bijaksana. Okupasi-okupasi sosial mencakup pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan pekerjaan kesejahteraan sosial.
5. Enterprising
Tipe Enterprising lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah. Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
6. Konvensional
Tipe Konvensional lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak sistematik. Kompetensi-kompetensi dikembangkan dalam bidang-bidang klerikal, komputasional, dan sistem usaha. Aktivitas-aktivitas artistik dan semacamnya diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan-keterampilan klerikal dan numerikal. Beberapa ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri. Okupasi-okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan pemegang buku.

Individu dapat dikategorikan dalam salah satu dari enam tipe di atas. Beberapa metode yang bisa digunakan adalah dengan melihat ekspresi pilihan pekerjaan, minat pendidikan, atau melalui instrumen seperti Vocational Preference Inventory, Strong Interest Inventory, atau Self-Directed Search (Brown, 2007). Untuk keterangan lebih lanjut terkait enam tipe kepribadian menurut Holland (dalam Spokane & Cruza-Guet, 2005) akan disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Enam Jenis Kepribadian
No
Tipe Kepribadian
Deskripsi
1

Tipe realistik menyukai pekerjaan yang realistis seperti montir mobil, pengemudi pesawat, surveyor, petani, tukang listrik. Memiliki kemampuan mekanik, tapi mungkin kurang dalam keterampilan sosial.
Tipe realistik dideskripsikan memiliki karakteristik asosial, mudah beradaptasi, jujur, asli, keras kepala, kaku, materialistis, natural, normal, gigih, praktis, self-effacing, hemat, uninsightful, tidak terlibat.
2
Jenis investigasi menyukai pekerjaan investigasi seperti biologi, kimia, fisika, antropolog, ahli geologi, dan teknologi medis. Memiliki kemampuan matematika dan ilmiah tetapi sering tidak memiliki kemampuan kepemimpinan.
Tipe investigasi dideskripsikan memiliki karakteristik analytical, berhati-hati, kompleks, kritis, ingin tahu, independen, cendekiawan, mawas diri, pesimistis, tepat, rasional, reserved, retiring, sederhana, tak populer.
3
Jenis artistik menyukai pekerjaan artistik seperti komposer, musisi, sutradara panggung, penulis, dekorator interior, aktor/aktris. Memiliki kemampuan artistik
seperti menulis dan musik, tapi sering kekurangan dalam hal pekerjaan perkantoran.
Tipe artistik dideskripsikan memiliki karakteristik rumit, kacau, emosional, ekspresif, idealistis, imajinatif, tak berguna, impulsif, independen, mawas diri, intuitif, tidak sesuai, terbuka, asli, peka.
4
Jenis sosial menyukai pekerjaan sosial seperti guru, pekerja agama, konselor, psikolog klinis, pekerja kasus psikiatri, terapi bicara. Memiliki keterampilan dan bakat sosial tetapi sering tidak memiliki kemampuan mekanik dan ilmiah.
Tipe sosial dideskripsikan memiliki karakteristik kekuasaan, mampu bekerja sama, empatik, ramah, murah hati, bermanfaat, idealistis, baik hati, sabar, persuasif, tanggung jawab, supel, bijaksana, mampu memahami, hangat.
5
Tipe enterprising menyukai pekerjaan yang giat seperti tenaga penjualan, manajer, eksekutif bisnis, produser televisi, promotor olahraga, pembeli. Memiliki kepemimpinan dan kemampuan berbicara tetapi sering tidak memiliki kemampuan ilmiah.
Tipe enterpresing dideskripsikan memiliki karakteristik tamak, suka berpetualang, ramah, ambisius, mendominasi, giat, mencari kesenangan, menyukai pertunjukan, terbuka, genit, optimis, percaya diri, supel, latah.
6
Jenis konvensional menyukai pekerjaan konvensional seperti pembukuan, stenografer, analis keuangan, bankir, biaya estimator, ahli pajak. Memiliki kemampuan administrasi dan aritmatika tetapi sering tidak memiliki kemampuan artistik.
Tipe konvensional dideskripsikan memiliki karakteristik hati-hati, sesuai, teliti, defensif, efisien, kaku, menghambat, metodis, taat, tertib, gigih, praktis, munafik, hemat, tanpa fantasi.

Teori Holland mengemukakan bahwa terdapat enam tipe kepribadian dan lingkungan kerja. Enam tipe kepribadian dan lingkungan pekerjaan tersebut seringkali disebut dengan RIASEC, yang merupakan singkatan dari Realistic, Investigative, Artistic, Social, Enterprising, and Conventional (Spokane & Cruza-Guet, 2005; Armstrong, dkk, 2008; Deng, Armstrong & Rounds, 2006). Tipe kepribadian RIASEC didefinisikan dengan preferensi dan keengganan yang mempengaruhi pilihan lingkungan kerja, dan lingkungan didefinisikan oleh aktivitas kerja yang khas dan tuntutan lainnya yang ditempatkan pada individu (Armstrong, dkk, 2008). Setiap individu perlu menemukan lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan tipe kepribadiannya. Semakin baik tingkat kecocokan antara tempat kerja (lingkungan pekerjaan) dan gambaran gambaran tipe kepribadiannya, semakin meningkat kepuasan orang tersebut dengan pekerjaannya.
Penting untuk diketahui bahwa gambaran minat seseorang biasanya merupakan gabungan dari enam tipe di atas (Perry & VanZandt, 2006; Sharf, 1992). Holland menemukan bahwa hampir sebagian besar orang memiliki minat pada beberapa area di atas, namun demikian biasanya individu memiliki minat yang lebih kuat pada sebuah area (tipe) dibandingkan area-area yang lain. Dengan demikian, dimungkinkan untuk seseorang memiliki area minat utama dan minat kedua.
Tipe kepribadian memiliki karakteristik yang unik, yang berkembang dari faktor genetik dan pengaruh lingkungan. Teori Holland menyatakan bahwa bahwa area RIASEC berbentuk hexagonal didasarkan pada hubungan antara tipe yang satu dengan lainnya yang sering disebut dengan Holland’s Hexagon (Schika, Dye & Curtiss, 1997). Adapun bentuk dari Holland’s Hexagon tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Holland’s Hexagon

Menurut Holland suatu tipe memiliki korelasi dengan tipe-tipe lainnya (Osipow, 1983). Misalnya tipe artistik dekat dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe sosial di sisi lainnya, akan tetapi berseberangan dengan tipe konvensional. Hal ini memiliki makna tipe artistik memiliki korelasi yang kuat terhadap tipe investigatif dan sosial, akan tetapi memiliki korelasi yang rendah dengan tipe konvensional. Seseorang yang memiliki minat artistik yang kuat akan sangat cocok bila berada dalam lingkup pekerjaan yang juga bersifat artistik (contohnya pelukis, penari, atau aktor) dibandingkan pada lingkup pekerjaan yang bersifat konventional (contohnya, pustakawan atau administrator). Dengan demikian, tingkat kepuasan kerjanya menjadi lebih tinggi dibandingkan bila ia memaksakan diri untuk melakukan pekerjaan yang sifatnya konventional.

2.3     Implikasi Teori Holland
Holland menyebut kesejajaran antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja sebagai congruence (Donohue, 2005). Jika tipe kepribadian individu dan tipe lingkungan kongruen, maka dipercaya individu akan lebih mantap dalam pilihan karier, prestasi pekerjaan lebih tinggi, prestasi akademik lebih tinggi, lebih menjaga kemantapan personal, dan lebih puas (Brown, 2007). Akan tetapi, banyak individu yang kurang memahami tipe kepribadian yang dimiliki dan lingkungan kerja yang diminatinya. Akibatnya banyak dari mereka yang tidak mendapatkan kesesuaian antara minat karier dan lingkungan kerja. Selain itu, mereka juga tidak memahami dan tidak mengetahui bagaimana cara mendapatkan kesesuaian antara minat karier yang sesuai dengan tipe kepribadian dan lingkungan kerja yang diminatinya.
Sehingga, ketika mereka terjun ke dunia pekerjaan tingkat kepuasan kerja individu tersebut cenderung rendah. Salah satu implikasi paling penting dari teori Holland adalah konselor dapat membantu konseli menganalisis minat dan lingkungan kerja mereka serta memahami hubungan keduanya (Kidd, 2006). Dengan membantu menganalisis minat dan lingkungan kerja, maka akan dapat memfasilitasi konseli dalam memantapkan minat kerjanya dan menyesuaikannya dengan lingkungan kerja. Kesesuaian dari minat kerja dan lingkungan kerja ini akan meningkatkan kepuasan kerja konseli.

2.4     Kelebihan dan kelemahan Teori Holland
Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif karena meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian.
Sementara itu, kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur. Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level), Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang






























BAB III
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
Teori Holland memberikan perhatian pada karakteristik perilaku atau tipe kepribadian sebagai penyebab utama dalam pilihan dan perkembangan vokasional / karier (Vocational Choice). Holland membagi enam tipe kepribadian yang berkorelasi dengan lingkungan pekerjaan, yaitu realistik, intelektual, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional. Setiap individu perlu menemukan tempat kerja (lingkungan kerja) yang sesuai dengan tipe kepribadiannya. Semakin baik tingkat kecocokan antara tempat kerja dan gambaran tipe kepribadiannya, semakin meningkat kepuasan orang tersebut dengan pekerjaannya.
















Daftar Pustaka

Armstrong, P.I., dkk. 2008. Holland’s RIASEC Model as an Integrative Framework for Individual Differences. Journal of Counseling Psychology, 55 (1): 1-18.
Brown, D. 2007. Career Information, Career Counseling, and Career Development. USA: Pearson Education, Inc.
Deng, C., Armstrong, P.I. & Rounds, D. 2006. The Fit of Holland’s RIASEC Model to US Occupations. Journal of Vocational Behavior, 71: 1-22.
Donohue, R. 2005. Person-Environment Congruence in Relation to Career Change and Career Persistence. Journal of Vocational Behavior, 68: 504-515.
Ferguson. 2008. Careers and Vocational Guidance. New York: Infobase Publishing.
Gothard, dkk. 2001. Careers Guidance in Context. London: SAGE Publications Ltd.
Gottfredson, G.D. 1999. John L. Holland’s Contributions to Vocational Psychology: A Review and Evaluation. Journal of Vocational Behavior, 55: 15-40.
Herr, E.L., Cramer, S.H. & Niles, S.G. 2004. Career Guidance and Counseling throgh the Lifespan: Systematic Approaches. Boston: Pearson.
Holland, J.L. 1997. Making Vocational Choices. New Jersey: Prentice Hall.
Kidd, J. M. 2006. Understanding Career Counselling: Theory, Research and Practice. London: SAGE Publications Ltd.
Nathan, R & Hill, L. 2006. Career Counselling. London: SAGE Publications Ltd.
Osipow, S.H. 1983. Theories of Career Development. London: Prentice-Hall International Inc.
Perry, N. & VanZandt, Z. 2006. Focus on the Future: A Career Development Curriculum for Secondary School Students. New York: Open Society Institute.
Schika, D. A., Dye, D. A. & Curtiss, G. 1997. Correspondence Between Five-Factor and RIASEC Models of Personality. Journal of Personality Assesment, 68 (2): 355-368.
Sharf, R.S. 1992. Applying Career Development Theory to Counseling. USA: Brooks/Cole Publishing Company.
Spokane A.R., Luchetta, E.J. & Richwine, M.H. 2002. Career Choice and Development (D. Brown & Associates, Ed.). San Francisco: John Wiley & Sons, Inc

Post a Comment

0 Comments