CONCEPTUAL SKILL

Hasil gambar untuk CONCEPTUAL SKILL

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Saat ini kita tentu tidak asing dengan istilah manajemen dan manjer. Apabila kita mendengar istilah ini maka pikiran kita akan lansung teringat dengan hal yang berhubungan dengan mengatur dan diatur. Para ahli manajemen memberikan definisi berbeda-beda tentang manajemen. Manajemen menjadi hal sangat penting bagi kehidupan mnusia saat ini. Dengan adanya manajemen maka manusia akan lebih mudah dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen ialah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah di tentukan sebelumnya. Sumber-sumber pendidikan itu mencangkup orang, uang, bahan pelajaran, media pendidikan, prasarana, sarana, dan informasi.
Sumber-sumber ini tidak terlalu tersedia dan berada pada organisasi atau lembaga pendidikan, melainkan seringkali bertebaran ada di sana-sini. Keadaan seperti ini perlu ditata oleh para manajer agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh lembaga. Untuk maksud itu para manajer membutuhkan keterampilan-keterampilan. Ada 3 macam keterampilan manajer yaitu Keterampilan Konsep, Keterampilan Manusiawi, Keterampilan Teknik. Penting bagi setiap anggota organisasi mengetahui dan menguasai berbagai macam keterampilan dalam manajemen. Makalah ini akan membahas tentang salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer yaitu keterampilan konseptual (Conseptual Skills)

B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini terfokuskan pada: Apa itu keterampilan Konsep (Conseptual Skills) ?

C.  Tujuan
Tujuan pada makalah ini terfokuskan pada: mengetahui tentang keterampilan Konsep (Conseptual Skills).




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Keterampilan Konseptual (Conceptual Skills)
Keterampilan konseptual (conceptual skill) adalah keterampilan daya pikir yang dimiliki seorang pemimpin guna untuk  kepentingan dan kegiatan organisasi. Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Salah satu dari ketiga keterampilan tersebut adalah keterampilan konseptual. Menurut beliau, Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konseptual juga merupakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
Keterampilan konseptual berkaitan dengan kemampuan menganalisis suatu permasalahan. Swiderski (2006:32) menyatakan bahwa keterampilan konseptual adalah keterampilan analitik umum, daya berpendapat, dan proses berpikir logis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada dua komponen dalam keterampilan konseptual, yaitu: penilaian (judgement) dan kreativitas (creativity). Keterampilan konseptual berkaitan dengan kemampuan mengintegrasikan kepentingan dengan aktivitas organisasi. Katz (1984:90) menyatakan bahwa keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk mengkoordinasi serta mengintegrasikan semua kepentingan dan aktivitas organisasi. Keterampilan konseptual merupakan kapasitas mental. Dessler (2004:10) menyatakan bahwa keterampilan konseptual tidak hanya berupa kapasitas mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks namun juga sebagai keterampilan kognitif yang meliputi kemampuan menganalisis, berpikir logis, merumuskan konsep, dan memberikan pertimbangan secara induktif.
Keterampilan konseptual dibutuhkan oleh setiap manajer terutama manajer puncak. Hoy dan Misket (2001:398) mengatakan bahwa “Dengan ruang lingkup aktivitas dan kompleksitas yang lebih besar terkait dengan pekerjaan-pekerjaan yang lebih tinggi dalam hierarki, keterampilan konseptual sangat penting untuk mendukung efektifitas para administrator yang berada pada level puncak organisasi. Dijelaskan lebih lanjut oleh Hunger dan Wheelen (2003:43) bahwa pekerjaan manajemen puncak bersifat multidimensi dan berorientasi kesejahteraan organisasi secara keseluruhan.


Tugas khusus manajemen sangat bervariasi dari satu perusahaan keperusahaan lainnya dan banyak mencerminkan analisis misi, tujuan strategis, dan aktivitas utama lainnya. Tetapi secara umum manajer puncak yang efektif adalah orang yang melihat bisnis secara menyeluruh, orang yang menyeimbangkan kebutuhan perusahaan sekarang dengan kebutuhan yang akan datang, dan orang yang dapat membuat keputusan logis secara tepat waktu.
Hal senada juga dikemukakan oleh Katz dan Mann sebagaimana dikutip Gary Yukl  (1994:98) meliputi : keterampilan konseptual (conceptual skill). Kemampuan analitis umum, berpikir nalar, kepandaian dalam membuat konsep, serta konseptualisasi hubungan yang kompleks dan berarti dua, kreativitas dalam mengembangkan ide dan pemecahan masalah, kemampuan untuk menganalisis peristiwa-peristiwa dan kecendrungan-kecendrungan yang dirasakan, mengantisipasi perubahan-perubahan, dan melihat peluang serta masalah-masalah potensial (berpikir secara induktif dan deduktif). Dengan memperhatikan pekerjaan manajer tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanpa keterampilan konseptual, para manajer puncak tidak akan mampu melaksaakan tugasnya dengan baik yang berakibat denga penurunan kinerja organisasi secara menyeluruh. Hal ini ditegaskan oleh Made Pidarta (2004:206) bahwa keterampilan konseptual sangat dibutuhkan oleh para manajer puncak sehubungan dengan tugas utamanya yaitu menentukan strategi kebijakan mengkreasikan atau merencanakan sesuatu yang baru, dan memutuskan.
Keterampilan konseptual menurut Hoy dan Miskel (2001:398) adalah kemampuan mengembangkan dan menggunakan ide-ide dan konsep-konsep untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah yang kompleks. Robbins (2004:11) secara sederhana  mendefinisikan keterampilan konseptual sebagai kemampuan menganalisis dan mendiagnosisi situasi yang rumit, misalnya pengambilan keputusan menurut para manajer untuk menemukan letak masalah, mengidentifikasikan alternative-alternative yang dapat mengoreksi masalah itu, mengevaluasi alternatif-alternative dan memilih alternatif  terbaik. Secara operasional Maman Ukas (1999:98) mengatakan bahwa: Keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk berpikir dalam memberikan pengertian, pandangan, dan pendapat dalam menangani kegiatan-kegiatan organisasi secara menyeluruh, baik mengenai kebijakan, kemungkinan-kemungkinan dalam menghadapi perubahan-perubahan dan bagaimana mengantisipasi atau dalam menghadapi perubahan dan bagaimana mengimplikasikan, serta menyingkronisasikan semua kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Pemimpin yang memiliki keterampilan konseptual mampu mengetahui bermacam-macam faktor dalam suatu keadaan yang berkaitan satu sama lain sehingga tindakan yang diambilnya ditujukan untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan. Keterampilan konseptual ini lebih menekankan pada working with ideas, merupakan kemampuan untuk mengembangkan gagasan-gagasan yang bersifat strategis dalam mengatasi hambatan-hambatan organisasional dalam mencapai tujuannya (Ulbert Silalahi,2005:146).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan keterampilan konseptual adalah kapasitas individu dalam hal mengkoordinasikan aktivitas sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan indikator: tanggap terhadap perubahan, memanfaatkan peluang, menyampaikan gagasan, dan memberikan pertimbangan penyelesaian masalah.

B.  Bentuk-bentuk keterampilan konseptual (Conceptual Skills)
Bentuk-bentuk keterampilan konseptual menurut Robbins (2004:273-277) :
1.      Kemampuan untuk menilai budaya organisasi
2.      Mengamati lingkungan dengan cepat yaitu mengantisipasi dan menafsirkan perubahan yang sedang berlangsung dilingkungan
3.      Memecahkan masalah dengan kreatif,
Kepala bagian merupakan pejabat structural eselon III merupakan manajer tingkat bawah yang memimpin satu unit atau satu bagian pada level bawah dalam structural organisasi yayasan secara keseluruhan. Oleh karena itu kebutuhan penggunaan keterampilan konseptual kepala bagian berbeda dengan manajemen puncak yang membutuhkan keterampilan itu terutama menentukan arah atau strategi organisasi.
Hilgert dan Haimann (1991:27-32) mendefinisikan keterampilan konseptual bagi manajer tingkat bawah adalah kemampuan memperoleh, menggunakan, menginterprestasi dan memanfaatkan informasi untuk membuat keputusan-keputusan penting. Keterampilan konseptual ini penting bagi para manajer tingkat bawah terutama berkaitan dengan pelaksanaan fungsi perencanaan. Manajer tingkat bawah sebagai manajer sebuah departemen bertugas membuat rencana-rencana departemen yang spesifik yang harus selaras dengan tujuan umum yang ditetapkan oleh manajemen diatasnya. Mencermati tingkatan manajemen sekaligus tugas-tugas pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala bagian selaku manajer tingkat bawah tersebut maka keterampilan konseptual terdiri dari kemampuan untuk menetapkan atau memilih prioritas program-program atau kegiatan unit, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang selaras denga visi dam misi, serta kemampuan dalam mengolah informasi sebagai bahan acuan dalam menentukan strategi/kebijakan dan tujuan organisasi.
Keterampilan Konseptual sebagian besar berada pada manajemen tertinggi, dan keterampilan teknik sebagian besar berada pada manajemen terdepan. Tugas utama manajer tertinggi adalah menentukan strategi, kebijakan, mengkreasikan atau merencanakan suatu yang baru, dan memutuskan. Untuk mewujudkan keempat hal itu membutuhkan konsep-konsep yang di dasarkan kepada pemahaman tentang organisasi, cara-cara mengatasi problemanya, dan mempertahankan serta meningkatkanl laju perjalanan organisasi. Untuk memiliki kemampuan manajer terutama keterampilan konsep, para manajer tertinggi diharapkan :
1.    Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para bawahan,
2.    Melakukan observasi secara terencana tentang kegiatan-kegiatan manajemen,
3.    Banyak membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan,
4.    Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain,
5.    Berpikir untuk masa yang akan datang, dan
6.    Merumuskan ide-ide yang dapat di uji cobakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya keterampilan konseptual adalah kemampuan berpikir secara sistematik dan komprehensif untuk dapat membuat keputusan dan tindakan yang tepat bagi pencapaian tujuan organisasi, secara keseluruhan.

C.  Aspek Keterampilan Konseptual (Conceptual Skills)
1.    Keterampilan untuk mengatur.
Mary Parker Follet mengemukakan bahwa manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi tersebut berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain agar memiliki kesadaran dan kemauan untuk mencapai tujuan organisasi. Perlu diketahui bahwa tujuan dari proses manajemen dalam organisasi tersebut adalah mengoptimalkan penggunaan sumber daya/faktor produksi dari bahan mentah menjadi produk jadi. Maka, tugas manajer lah untuk mengatur penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan agar berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing dan dapat diberdayakan dengan sebaik-baiknya. Contohnya seperti, menentukan lokasi produksi dan tata letak fasilitas produksi. Keterampilan untuk mengatur dari keterampilan konseptual akan berguna dalam contoh yang saya sebutkan di atas.
Ada banyak hal yang perlu pengaturan dari seorang manajer. Penentuan lokasi yang strategis salah satunya. Manajer bertugas untuk dapat menentukan lokasi yang strategis untuk produksi agar biaya yang ditimbulkan dapat dikurangi. Dengan pemilihan lokasi yang strategis, maka unit cost dari proses produksi dan distribusi dapat diperkecil sehingga tingkat efisiensi dapat dimaksimumkan. Lalu, mengenai tata letak fasilitas produksi. Manajer juga perlu untuk menggunakan keterampilan mengaturnya untuk menentukan orientasi tata letak seperti apa yang akan digunakan oleh perusahaan, tata letak berorientasi proses ataupun produk. Manajer akan memilih tata letak yang paling cocok untuk diterapkan dengan kondisi perusahaan, tentunya setelah melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing tata letak. Intinya, yang dilakukan manajer itu adalah bentuk pengaturan dan tentu saja memerlukan keterampilan konsepsional seperti yang disebutukan sebelumnya.  
2.    Keterampilan untuk memimpin.
Keterampilan ini penting bagi seorang manajer karena tugas manajer itu melibatkan sumber daya manusia atau dengan kata lain tenaga kerja. Untuk mengarahkan tenaga kerja agar bisa melaksanakan tugasnya dengan cara efektif dan efisien maka seorang manajer perlu mengetahui cara untuk memimpin para tenaga kerja tersebut. Memimpin disini bukan hanya sekedar untuk memberikan arahan mengenai apa yang harus tenaga kerja itu lakukan, tapi juga mengenai bagaimana cara memotivasi mereka agar bisa memiliki kesadaran dan kemauan untuk mencapai tujuan organisasi. Contoh keterampilan untuk memimpin ini, misalnya: dalam sebuah organisasi, beberapa karyawan memiliki persepsi masing-masing mengenai cara yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi. Ada perbedaan pendapat disini dan jika itu terus berlanjut maka akan terjadi ketidakharmonisan dalam organisasi karena masing-masing pihak akan terus mempertahankan argumen mereka. Di saat itulah keterampilan manajer untuk memimpin bisa digunakan. Manajer bisa menjadi pendengar yang baik, menengahi kemudian memberikan keputusan mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh para pekerja ini. Dengan penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa kedua keterampilan tersebut, baik itu keterampilan mengatur maupun memimpin sangat dibutuhkan oleh manajer operasi. Karena dengan keterampilan tersebut, manajer operasi dapat menjalankan perannya dengan lebih baik dan dapat menjadikan proses produksi dalam organisasi menjadi lebih terarah, efektif dan efisien.
D.  Keterampilan konseptual (Conceptual Skill) berhubungan dalam hal:
1.    Kemampuan analisis,
2.    Kemampuan berpikir sosial,
3.    Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi,
4.    Mampu menganalisis berbagai kejadian, mampu memahami berbagai kecenderungan,
5.    Mampu mengantisipasikan perintah,
6.    Mampu mengenali macam-macam kesempatan dan problem-problem sosial.

E.  Strategi Keterampilan konseptual (Conceptual Skill)
Ada dua macam strategi :
1.    Strategi Umum,bisa berupa salah satu dari upaya mempertahankan stabilitas, pengembangan, pemotongan/pengurangan, atau kombinasi  dari  ketiganya.
2.    Strategi khusus ialah bergerak  dalam segi layanan/produksi, proses, pemasaran/ pemakaian lulusan, dan keuangan.
Strategi mempertahankan stabilitas digunakan akibat takut menerima resiko bila mengadakan perubahan, mereka sudah merasa puas dengan keadaannya saat ini. Strategi pengembangan dilaksanakaan bila lembaga pendidikan ingin mendapatkan kemajuan dalam pendidikan yang dilaksanakan. Sementara itu strategi pemotongan dilakukan adalah karena lembaga merasa tidak mampu melaksanakan semua aktivitas pendidikan yang telah ada, maka satu atau beberapa diantaranya dihentikan. Strategi kombinasi ialah melaksanakan dua atau tiga strategi itu sekaligus tetapi setiap strategi dilaksanakan pada bagian tertentu dari lembaga itu yang sesuai dengan kebutuhan atau kondisinya.
Dalam strategi khusus ialah bermaksud membuat para pelaksana pendidikan memanfaatkan kompetisinya secara maksimal sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang dapat disediakan oleh lembaga. Mencangkup usaha melakukan penampilan yang terbaik dalam melayani kebutuhan siswa/mahasiswa, membimbing mereka belajar, mengusahakan agar mereka dapat meneruskan study atau segera dapat bekerja, dan bagaimana mencari sumber-sumber dana yang  baru serta bagaimana memakai dana secara efisien.
Jenis strategi apapun yang akan diambil oleh manajer atau para manajer hendaklah ia atau mereka memperhatikan hal-hal berikut sebagai bahan untuk memutuskannya:
1.    Informasi IMS yaitu unit bagian informasi khusus tentang hal-hal yang akan ditangani
2.    Pengalaman pribadi
3.    Pengalaman atau prektek-praktek yang behasil dari pengalaman lembaga yang lain
4.    Seni dan intuisi pribadi
5.    Kondisi lembaga
6.    Situasi lingkungan terutama lingkungan masyarakat
7.    Kecenderungan masa depan
Strategi berkaitan dengan kebijakan, sebab ada kalanya kebijakan tertentu memungkinkan mengambil strategi tertentu. Atau suatu  strategi dapat didukung pelaksanaannya oleh kebijakan tertentu. Kebijakan adalah  bimbingan yang eksak untuk mengambil keputusan, yang memberi kesempatan kepada manajer menggunakan pertimbangan-pertimbangan pribadi dalam mengatasi rintangan-rintangan khusus.
Kebijakan dapat berupa:
1.    Asli diciptakan oleh manajer  tertinggi
2.    Akibat pengaruh dari luar seperti masyarakat, dan pemerintah
3.    Rumusan (manajer) bawahan karena belum tercangkup dalam  kebijakan sebelumnya
4.    Implisit pada tindakan-tindakan para bawahan yang konsisten dalam jangka waktu tertentu serta diketahui oleh manajer tertinggi walaupun tidak secara ekspilit dinyatakan sebagai kebijakan.
Bagaimanapun bentuk kebijakan yang terjadi pada suatu lembaga pendidikan manajer tertinggi hendaknya selalu mempertimbangkan secara masak sebelum melaksanakannya. Dengan mengingat ciri-ciri kebijakan yang baik yaitu:
1.      Kebijakan hendaknya berhubungan dengan tujuan organisasi dan di jelaskan kepada semua yang terlibat.
2.      Dapat dipahami dalam bentuk tulisan ataupun lisan
3.      Di jelaskan secara gemblang agar dapat dilaksanakan pada masa mendatang
4.      Menyesuaikan diri kepada perubahan asal stabilitas lembaga tidak terganggu
5.      Masuk akal dan dapat dilaksanakan
6.      Boleh di interpretasikan oleh pihak yang mengendalikan.
Baik strategi maupun kebijakan yang dibuat oleh manajer yang tertinggi tidak bisa lepas dariperencanaan. Sebab strategi mana yang di ambil dan kebijakan apa yang di laksanakan selalu merupakan hasil perencanaan. Hal itu di rencanakan secara matang sebelum diputuskan. Hanya perencanaan yang di terapkan dalam penentuan strategi dan kebijakan lebih banyak mengandung seni daripada teori tentang perencanaan. Seperti sudah di jelaskan bahwa aplikai manajemen adalah kombinasi dari seni dan ilmu. Menangani perilaku manusia tidak dapat dilakukan dengan ilmu yang eksak sebab perilaku itu kompleks. Perilaku manusia sukar di jelaskan dan diprediksi secara persis, walaupun ia dapat diukur dan dianalisis dengan teknik yang sama dengan ilmu yang eksak. Oleh sebab itu penanganan terhadap perilaku ini seringkali dibantu oleh seni atau art. Sebab seni adalah aplikasi pengetahuan kepada realita dengan kopromi, didesain untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Jadi bagaimana mengaplikasikan ilmu secara betul dalam perilaku atau manajemen adalah seni, sementara apa yang di aplikasikan merupakan ilmu.
Suatu pemikiran untuk mewujudkan pendidikan sebagai fungsi produksi membutuhkan kreativitas dan seni para manajer. Konsep ini diciptakan oleh para ahli ekonomi,untuk membuat pendidikan secara  ekonomi efektif dan efisien. Mereka menginginkan agar produk pendidikan dapat di ukur secara tepat seperti halnya dengan barang-barang produksi dalam dunia bisnis. Hubungan matematis antara  output dan input yang dapat dinyatakan sebagai suatu persamaan disebut fungsi produksi.
Kesulitan pertama dalam mewujudkan konsep ini ialah:
1.    Dalam menguangkan hasil belajar para siswa/mahasiswa,dan
2.    Memisahkan pengaruh belajar di masyarakat dan di rumah terhadap belajar di lembaga pendidikan
Walaupun di beri petunjuk bahwa harga output bisa di ambil dari gaji mereka kalau sudah bekerja , namun tidak semua lulusan bisa segera bekerja, lagi pula gajinya sangat beragam bergantung kepada tempat bekerja dan jenis pekerjaan yang di ambil. Bila lembaga pendidikan mencoba melaksanakan konsep ini, dalam arti tidak mau menderita rugi, sudah tentu para manajernya perlu berpikir keras bagaimana memecahkan kedua kesulitan utama di atas. Tidak ada resep jadi yang dapat di tiru yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Manajer perlu mengerahkan ilmu administrasi, psikologi, ilmu ekonomi, sosiologi, danilmu-ilmu sosial lainnya diramu dan disempurnakan dengan seni untuk mendapatkan jalan keluar. Pemecahan masalah di atas adalah salah satu contoh perencanaan strategi atau arahan. Apapun jenis perencanaan itu, ia selalu mengikuti langkah-langkah tertentu :
1.    Menentukan kebutuhan, kemudian mempriotasikan satu atau beberapa daripadanya menjadi tujuan perencanaan.
2.    Melakukan ramalan dan menentukan program serta alternative-alternatif pemecahannya.
3.    Menspesifikasikan program
4.    Menentukan standar performan baik tentang hasil yang di inginkan maupun cara kerja petugas
5.    Memilih alternative pemecahan yang di sesuaikan dengan fasilitas yang tersedia mencangkup metode, alat, biaya, dan waktu.
6.    Melakukan uji-coba
7.    Menilai dan mereview.
Seorang  manajer ketika sudah memasuki problem,maka harus memiliki langkah-langkah mengambil keputusan:
1.    Perhatiakan  problem yang akan di putuskan
2.    Jelaskan problem atas dasar informasi yang di terima dari IMS (unit Informasi Manajemen secara Sistem).
3.    Bentuk kriteria keputusan
4.    Alokasinya,bobot-bobot  pada kriteria
5.    Buatkan alternatif-alternatif penyelesaian atas dasar informasi dengan pertimbangan konsekuensinya  masing-masing.
6.    Pilih alternative yang terbaik
7.    Putuskan dan bentuk program yang kemudian dinilai dan dimonitor


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Keterampilan Konseptual adalah kemampuan manajer untuk melihat keseluruhan organisasi sebagai suatu entitas yang lengkap. Keterampilan Konseptual ini meliputi pemahaman tentang kerjasama setiap unit kerja dalam organisasi beserta pemahaman tentang ketergantungan satu unit kerja dengan unit kerja lainnya, perubahan pada suatu unit kerja juga akan mempengaruhi unit kerja atau bagian lainnya. Keterampilan ini meliputi pemahaman tentang hubungan antar institusi, industri dan masyarakat serta pemahaman tentang pengaruh faktor-faktor politik, sosial dan kondisi ekonomi suatu negara terhadap bisnis perusahaannya

B.  Saran
Dengan memahami keterampilan konseptual diharapkan seorang manajer tingkat tinggi atau Top Management dapat memahami kondisi permasalahan secara keseluruhan dan mengambil tindakan yang tepat untuk kesuksesan organisasinya. Keterampilan Konseptual ini sangat penting bagi Manajement Tingkat Tinggi (Top Management) namun kurang penting bagi manajemen tingkat menengah dan tidak diharuskan untuk manajemen tingkat pertama. Keterampilan Konseptual ini juga sering disebut dengan Keterampilan Analisis (Analytical Skill) ataupun Keterampilan Perseptual (Perceptual Skill).














DAFTAR PUSTAKA

Hersey, Paul dan Kenneth H. Blanchard. Managament of Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall Company. 1988, hlm.86.
Hetherington,E.M, Parke, R.D. 2000. Child Psychology. California: Mc. Graw Hill College.
Hurlock,E.1990.Development Psychology, A life-Span Aproach. 5th edition. (terj.Oleh Istiwidayanti). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kuhnert & P. Lewis. Transactional and Transformational Leadership: A Constructive Development Analysis. 1987, hlm. 648-657.
Mahdhi, Jamal. Menjadi Pemimpin Yang Efektif dan Berpengaruh. Terjemahan Amang Syafrudin & Ahmad Fauzan. Bandung: Syamil Cipta Media. 2001, hlm.23.
P. Hersey dan K. Blanchard . Manajemen of Organizational Behavior. Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1982, hlm.185.
Soewarno Handoyo Ningrat. Pengantar Ilmu Studi Administrasi dan Manajemen. Jakarta: CV. Haji Mas agung. 1980, hlm.64.
T.Hani Handoko. Manajemen. Yogyakarta: BPFE. 1986, hlm.294.
V. Vroom & P. Yetton. Leadership and Decision Making. Pittsburgh: University of Pittsburgh Press. 1973, hlm. 647.

Post a Comment

0 Comments