Character Education

Hasil gambar untuk Character Education
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu system  yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dg perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Dalam kaitaannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber daya yang bermutu, dan dalam membahas tentang SDM  yang berkualitas serta hubungannya dengan pendidikan, maka yang dinilai pertama kali adalah seberapa tinggi nilai yang sering diperolehnya, dengan kata lain kualitas diukur dengan angka-angka, sehingga tidak mengherankan  apabila dalam rangka mengejar target yang ditetapkan sebuah lembaga pendidikan terkadang melakukan kecurangan dan manipulasi.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen olehsoft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
B.     Rumusan masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
  1. Apa pengertian dari pendidikan karakter itu?
  2. Apa Jenis-jenis Pendidikan Karakter?
  3. Apa Nilai-nilai Pendidikan Karakter?
  4. Apa Pilar Penting Pendidikan Berkarakter ?
  5. Bagaimana Pelaksanaan Pendididikan Karakter di Sekolah?
  6. Apa Fungsi, Tujuan dan Realisasi Pendidikan karakter?





C.    Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan karakter itu
2.      Untuk mengetahui Jenis-jenis Pendidikan Karakter
3.      Untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Karakter
4.      Untuk mengetahui Pilar Penting Pendidikan Berkarakter
5.      Untuk mengetahui Pelaksanaan Pendididikan Karakter di Sekolah
6.      Untuk mengetahui Fungsi, Tujuan dan Realisasi Pendidikan karakter












                                                                                           









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan karakter
Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya.  Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Sudrajat (2011:15) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti “di pahat”. Sebuah kehidupan seperti sebuah blok granit yang dengan hati-hati dipahat ataupun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter gabungan dari kebijakan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya.
Secara harfiah karakter artinya, “Kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi” Menurut kamus lengkap bahasa indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian(Munir, 2010:81).
Definisi pendidikan karakter  dikemukakan oleh elkind dan sweet (2004).
“Character education is the deliberate esffort  to help people understand, care about, and act upon caore ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able tu judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
 “Pendidikan karakter adalah esensi yang disengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etis. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka dapat menilai apa yang benar, sangat peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam”.

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk “membentuk kepribadian sesorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. (Thomas Lickona, 1991).
Tema peringatan Hari pendidikan nasional tahun 2010 yang baru lalu dicanangkan oleh Mendiknas Muhammad Nuh adalah :”Pendidikan karakter untuk membangun Peradaban Bangsa”. Beliau mengatakan Pembangunan Karakter dan Pendidikan Karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan. Untuk merealisasikan tema tersebut lebih lanjut mendiknas mengemukakan pendidikan karakter akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan mulai jenjang pendidikan SD sampai Perguruan Tinggi, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD). Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni SD porsinya mencapai 60 % dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini agar mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa. Lebih jauh Mendiknas menyatakan pada saat menjadi pembicara pada seminar Nasional “Pendidikan Karakter bangsa “ pada rapat pimpinan Program Pasca Sarjana LPTK seluruh Indonesia di Universitas negeri Medan “Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter seseorang”.
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sebab apa-apa yang terjadi dimasyarakat kita sebenarnya menyangkut masalah karakter, seperti kekerasan, korupsi, manipulasi, kebohongan-kebohongan dan perilaku menyimpang lainnya ,berangkat dari pendidikan. Oleh sebab itu melalui pendidikan pula karakter bangsa dapat diperbaiki dan dibentuk terutama Pembangunan karakter dan pendidikan mulai dari usia dini.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan  upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis     untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang terwujud dalam pikiran sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan berdasarkan norma-norma dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Jenis-jenis Pendidikan Karakter
Ada empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakandalam proses pendidikan yaitu:
1.    Pendidikan karakter berbasis nilai dan religius,  yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi, moral). contoh manusia mempunyai hak dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing.
2.    Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan). contoh warga negara Indonesia wajib mengamalkan Pancasila.
3.    Pendidikan Karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan). contoh manusia yang mempunyai karakter  baik tidak membuang sampah sembarangan.
4.    Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis). contoh sebagai calon pendidik  (guru) mempunyai kualitas sebagai guru profesional.
Pendidikan karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan penalaran serta mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki anak didik.
Pendidikan karakter berbasis potensi diri memiliki beberapa kelebihan. Berikut beberapa kelebihan tersebut.
a.       Proses kegiatan pendidikan karakter berbasis potensi dilakukan dengan segala daya upaya. Artinya, dalam proses pendidikan karakter berbasi potensi diri, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang menyampaikan materi pengajaran, tetapi ia juga bertindak sebagai inspirator, inisiator, fasilitatir, mediator, supervisor, evaluator, teman (friend) sekaligus pembimbing (counselor), lebih matang (older), otoritas akademik (authority in field), pengasuh (nurturer), dan sepenuh hati dengan cinta dan kasih saying (devoted).
b.      Anak didik mampu mengatasi diri. Artinya, ia mampu bersikap mandiri, mampu mengatasi segala problem keuangan, perkuliahan, kesehatan, pribadi (emosi), keluarga, pengisian waktu senggang, agama dan akhlak, perkembangan pribadi dan sosial, memilih pekerjaan, serta persiapan untuk keluarga melalui kebebasan dan penalaran.
c.       Kebebasan merupakan suatu kondisi dan situasi merdeka. Tidak ada tekanan dari siapa pun dan dari pihak mana pun. Bebas menyatakan pendapat, menentukan pilihan, berpikir, melakukan aktivitas, berkreasi, dan berkeyakinan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara, serta tidak merugikan siapapun.
d.      Penalaran. Ini merupakan kemampuan untuk berpikir yang benar dan teruji kebenarannya, yaitu kemampuan berpikir logis dan anlitis. Berpikir logis merupakan kemampuan menggeneralisasikan pernyataan-pernyataan khusus (logika induktif melalui pengamatan empiris) atau menyimpulkan pernyataan umum atau khusus (logika deduktif melalui cara berpikir rasional).
e.       Segala potensi anak didik. Artinya, setiap anak didik bersifat unik. Mereka memiliki potensi terpendam. Dalam proses pendidikan karakter, semua potensi yang dimiliki anak didik digali dan diberdayakan untuk bekal hidup mereka. Potensi diri dimiliki oleh setiap manusia normal. Potensi diri sangat banyak, yang antara lain etos belajar, idealisme pendidikan, mind mapping (penataan informasi agar mudah diakses),multiple intelligence (kecerdasan ganda), public speaking (keterampilan berbicara di depan umum), effective thinking (pola berpikir efektif), editing (penyuntingan karangan), brainstorming, pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe komprehensif (MPKTK), sinergi pemberdayaan potensi mahasiswa, lesson study(pengamatan pembelajaran di kelas), serta information and communication technology (ICT).
Jenis-jenis pendidikan karakter ini menjadikan pendidikan senantiasa hidup di level individu, sosial, lingkungan, peradaban, dan agama. Keempat level ini akan menyempuranakan dan lesesatkan idividu ke jalur kemenangan dahsyat yang tidak diprediksi sebelumnya, karena mengalami lompatan luar biasa dalam hidupnya. Maka, pilar-pilar pendidikan karakter ini harus didayagunakan secara keseluruhan.
C.    Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Berdasarkan ke empat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai nilai pendidikan karakter untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:
1.      Religius : Merupakan sikap yang memegang teguh perintah agamanya dan menjauhi larangan agamanya, seraya saling menjaga kerukunan dan kesatuan antar berbeda pemeluk agama dan keyakinan.
2.      Jujur: Merupakan sikap yang selalu berpegang teguh untuk menghindari keburukan dengan menjaga perkataan, perasaan dan perbuatan untuk selalu berkata dengan benar dan dapat dipercaya.
3.      Toleransi: Perilaku yang cenderung menghargai perbedaan dengan mengurangi mempertajam perselisihan karena perbedaan. Perilaku ini diwujudkan dengan penerimaan atas perbedaan, dan keragaman sebagai suatu kekayaan bangsa Indonesia untuk mewujudkan fungsi toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4.      Disiplin: Tindakan yang menjaga dan mematuhi anjuran yang baik dan menghindari dan menjauhi segala larangan yang buruk secara konsisten dan berkomitmen.
5.      Kerja keras: Mencurahkan segala kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai hasil yang diharapkan dengan tepat waktu dan berorientasi lebih pada proses dan perkembangan daripada berorientasi pada hasil.
6.      Kreatif: Selalu mencari alternatif penyelesaian suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Ini dilakukan untuk mengembangkan tata cara atau pemahaman terhadap suatu masalah yang sudah ada terlebih dahulu melalui pendekatan sudut pandang yang baru.
7.      Mandiri: Meyakini potensi diri dan melakukan tanggung jawab yang diembannya dengan penuh percaya diri dan berkomitmen.
8.      Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama. Ini dilakukan untuk memberikan pengakuan secara setara dalam hak berbangsa seraya merawat kemajemukan bangsa indonesia.
9.      Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
10.  Semangat kebangsaan: Suatu sudut pandang yang memandang dirinya sebagai bagian dari bangsa dan negaranya. Sudut pandang yang mewujudkan sikap dan perilaku yang akan mempertahankan bangsa dari berbagai ancaman, serta memahami berbagai faktor penyebab konflik sosial baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.
11.  Cinta tanah air: tekad yang terwujud dalam perasaan, perilaku dan perkataan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap aspek sosial, fisik budaya, ekonomi, dan politik dari bangsa dan negaranya.
12.  Menghargai prestasi: perasaan bangga terhadap kelebihan dan keunggulan yang dimiliki dirinya sebagai individu maupun dirinya sebagai anggota masyarakat. Perasaan bangsa ini akan mendorong untuk memperoleh pencapaian-pencapaian yang positif bagi kemajuan bangsa dan negara.
13.  Bersahabat/komunikatif: Perilaku yang ditunjukan dengan senantiasa menjaga hubungan baik dengan interaksi yang positif antar individu dalam suatu kelompok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
14.  Cinta damai: Perilaku yang selalu mengutamakan kesatuan rasa dan perwujudan harmoni dalam lingkungan yang majemuk dan multikultural.
15.  Senang membaca: Rasa ingin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman melalui gemar mencari informasi baru lewat bahan bacaan maupun mengajak masyarakat di lingkungan sekitarnya untuk memupuk perasaan gemar membaca ini.
16.  Peduli sosial: Kepekaan akan segala kesulitan yang dihadapi oleh lingkungannya dan masyarakatnya. Kepekaan ini kemudian terwujud dalam tindakan, perasaan, dan perbuatan yang berulang-ulang dan menjadi kebiasaan dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang di sekitarnya, yang mana individu tidak terfokus pada dirinya sendiri dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
17.  Peduli lingkungan: Menjadikan pelestarian alam sebagai salah satu dasar perilaku dan kebiasaan yang dicerminkan di lingkungannya agar terus terjadi siklus pembaharuan di alam yang berkesinambungan secara alami. Ini dilakukan agar alam yang ditempatinya tetap lestari dan abadi.
18.  Tanggung Jawab : Menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan hanya merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa
D.    Unsur-unsur Karakter
Ada sepuluh unsur kebajikan utama karakter (cardinal virtues) menurut Suparlan sebagai berikut:
1.        Kebijaksanaan
2.        Keadilan
3.        Ketabahan
4.        Pengendalian diri
5.        Kasih
6.        Sikap positif
7.        Kerja keras
8.        Integritas
9.        Syukur
10.         Kerendahan hati

E.     Pilar Penting Pendidikan Berkarakter
Pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat menyetujui – nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai berikut :
1.         Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal – melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh – berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
2.         Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
3.         Responsibility  (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan anda.
4.         Fairness  (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.
5.         Caring  (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
6.         Citizenship  (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat,  menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi lingkungan hidup.
F.     Metode Pembangunan Pendidikan
Metode Pembangunan Pendidikan Karakter Menurut Amri (2011:58), ada lima metode pembangunan pendidikan karakter sangat beragam dan mencakup, yaitu:
1.      Sosialisasi
2.      Pengembangan regulasi
3.      Pengembangan kapasitas
4.      Kerja sama
5.      Monitoring dan evaluasi
6.      Kerja sama
7.      Monitoring dan evaluasi

G.    Prinsip Pendidikan Karakter
Ada empat prinsip yang digunakan untuk mengembangkan karakter pendidikan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (2010: 11-14):
1.    Berkelanjutan. Artinya pendidikan karakter adalah proses pembentukan karakter yang panjang dimulai dari awal sampai akhir proses pendidikan di sekolah. Mulai dari tingkat TK hingga SMA. Di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan karakter lebih berfokus pada pemberdayaan.
2.    Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya pendidikan. Artinya proses pengembangan karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran di sekolah, setiap program ekstrakurikuler, dan program co-kurikuler berdasarkan Standar Isi Kurikulum.
3.    Nilai tidak tertangkap atau diajarkan, hal itu dipelajari (Hermann, 1972). Ini berarti nilai karakternya bukan bahan ajar, tetapi ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari oleh siswa. Para siswa adalah subyek belajar. Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah materi ajar namun memberi kesempatan dan kemungkinan kepada siswa untuk belajar dan menginternalisasi pendidikan karakter.
4.    Proses belajar yang aktif dan menarik. Artinya, proses pendidikan karakter menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Suasana belajar seharusnya hidup, aktif, dan menarik. Keberhasilan pendidikan.

H.    Pelaksanaan Pendididikan Karakter di Sekolah
Pelaksanaan Pendidikan karakter di sekolah yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan karakter dikemukakan berbagai cara atau metode adalah bahwa Pertama, menggunakan metode pembidanan. Socrates dalam Ratna Megawangi mengemukakan perlunya formula 4 M dalam pendidikan karakter, yaitu:
1.         Mengetahui (knowing the good),
2.         Mencintai (loving the good),
3.         Mengingin kan (desiring the good), dan.
4.    Mengerjakan (acting the good) kebaikan secara simultan dan berkesinambungan.

Cara ini menunjukkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan kesadaran yang utuh. Sedangkan kesadaran utuh itu adalah sesuatu yang diketahui secaara sadar, dicintainya,dan diinginkan. Dari kesadaran utuh ini, barulah tindakan dapat menghasilkan karakter yang utuh pula. Proses pengajaran yang bermula dari memberikan pengetahuan peserta didik tentang kebaikan, menggiring atau mengkondisikan agar peserta didik mencintai kebaikan tersebut, kemudian membangkitkan peserta didik agar menginginkan karakter yang diajarkan, dan terakhir mengondisikan peserta ddidik agar mengerjakan kebaikan secara sukarela, simultan dan berkesinambungan. Kedua, metode atau dengan cara pembiasaan. Pembiasaan merupakan alat penddidikan. Daalam pembiasaan peserta didik dipancing untuk menyadari karakter tertentu yang telah ditentukan, baru kemudian karakter yang telah disadari dan diinginkan itu dibiasakan dalam keseharian. Pembiasaan dimulai dengan menetapkan sikap atau tingkah laku atau karakter yang baik kemudian dilatihkan dan dibiasakan kepada peserta didik. Secara berproses, latihan-latihan yang dilakukan apabila diikuti dengan kesadaran dan mawas diri, lama kelamaan akan menyatu dalam kepribadian peserta didik dan itu menjadi karakter. Kebiasaan tersebut haarus dilestarikan sehingga mempribadi atau menyatu dalam kehidupan peserta didik.
Menurut Rohinah (2011:63) dalam usahanya mencari hubungan antara bahasa dan pikiran anak, mengemukakan pendapat bahwa perkembangan bahasa dan penggunaannya oleh anak tercermin dalam perkembangan mentalnya. Persepsi anak dan lingkungan sosialnya memegang peranan penting dalam kehidupan anak. Lingkungan sekitar yang memprogram bagaiman selanjutnya sang anak.
Pembangunan Pendidikan Karakter Pendidikan anak usia dini dan pendidikan sekolah dasar salah satu jenjang pendidikan pertama dalam pembangunan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional diibaratkan sebagi tiket masuk atau paspor untuk melanjutkan perjalan beikutnya. Sauri (2011:20) menyatakan Pembangunan bangsa dimulai dari pembangunan karakter pelajar dari usia dini sehingga untuk memajukan bangsa ini diperlukan kurikulum yang tidak hanya mencetak siswa berprestasi dalam nilai namun juga siswa yang berkarakter berani, positif namun tetap sopan.
Banyak hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak yang telah mendapat pendidikan pra-sekolah mempunyai kemampuan yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak masuk ke TK, terutama dalam kemampuan akademik, kreativitas, inisiatif, motivasi, dan kemampuan sosialnya. Anak-anak yang tidak mampu masuk ke TK umumnya akan mendaftar ke SD dalam usia sangat muda, yaitu 5 tahun. Hal ini akan membahayakan, karena mereka belum siap secara mental dan psikologis, sehingga dapat membuat mereka merasa tidak mampu, rendah diri, dan dapat membunuh kecintaan mereka untuk belajar. Dengan demikian sebuah program penanganan masalah ini dibutuhkan untuk mempersiapkan anak dengan berbagai pengalaman penting dalam pendidikan prasekolah. Adalah hal yang sangat penting untuk menggerakkan masyarakat di daerah miskin untuk mulai memasukkan anaknya ke prasekolah dan mengembangkan lingkungan bersahabat dengan TK lainnya untuk bersama-sama melakukan pendidikan karakter.
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah :
·       Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
·       Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
·       Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
·       Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
·       Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
·       Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
·       Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
·       Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
·       Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
·       Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

I.       Fungsi, Tujuan dan Realisasi Pendidikan karakter  
a.    Fungsi pendidikan karakter
Fungsi pendidikan karakter karakter adalah untuk mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik. Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak bangsa yang multikultur. Selain itu pendidikan karakter juga berfungsi meningkatkan peradaban manusia dan bangsa  yang baik  di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari bergai media yang meliputi keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media teknologi.
b.    Tujuan pendidikan karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong. Selain itu Pendidikan karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik atau suka menolong sesama, berkembang dengan dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan serta teknologi, beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.
c.    Realisasi Pendidikan Karakter
Secara umum untuk mewujudkan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Saling melengkapi dan mempercayai dan diatur dalam peraturan dan undang-undang. Pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut mencakup pada pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, evokasi keagamaan dan khusus. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui jenjang pendidikan yang diimplementasikan pada kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang memuat pelajaran normatif, adaptif, produktif, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Pendidikan karakter di sekolah yang diimplementasikan pada pendidikan pengembangan diri antara lain; melalui kegiatan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, semisal : pengurus OSIS, Pramuka, PMR, PKS, KIR, Olahraga, Seni, Keagamaan dan lainnya. Dengan kegiatan ekstrakurikuler ini sangat menyentuh, mudah dipahami, dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat dan bakat yang dapat dikembangkan sebagai perwujudan pendidikan karakter bangsa.


BAB III
KESIMPULAN

pendidikan karakter merupakan  upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis     untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang terwujud dalam pikiran sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan berdasarkan norma-norma dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi pendidikan karakter karakter adalah untuk mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik. Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak bangsa yang multikultur. Selain itu pendidikan karakter juga berfungsi meningkatkan peradaban manusia dan bangsa  yang baik  di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari bergai media yang meliputi keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media teknologi.
Nilai-nilai pendidikan karakter meiputi :Toleransi, Disiplin,Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong. Selain itu Pendidikan karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik atau suka menolong sesama, berkembang dengan dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan serta teknologi, beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.






DAFTAR PUSTAKA

Munir, Abdullah. 2010. Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta. Pedagogia.
Somantri, Endang. 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Sahlan, Asmaun. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: AR-Ruzz Media. Sauri, Sofyan. 2012. Revitalisasi Pendidikan Sains dalam Pembentukan Karakter Anak Bangsa untuk Menghadapi Tantangan Global, Makalah dalam file.upi.edu, (online)
Sudrajat, Akhmad. 2011. Konsep Pendidikan Karakter. (online) http://akhmadsudrajat. Wordpress.com/2011/09/15 kosep-pendidikan – karakter/. Diakses 15 september 2011.
Suyanto. 2010. Pedoman Pendidikan Karakter.Jakarta. Baduose Media Jakarta.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=96055&val=5072

Post a Comment

1 Comments

  1. Use this diet hack to drop 2 lb of fat in just 8 hours

    More than 160 thousand women and men are using a simple and secret "liquids hack" to drop 1-2 lbs every night as they sleep.

    It's easy and works every time.

    Here are the easy steps for this hack:

    1) Get a drinking glass and fill it up with water half glass

    2) Now learn this crazy hack

    and be 1-2 lbs thinner the next day!

    ReplyDelete