DEVELOPING GOOD WORK HABIT

Hasil gambar untuk DEVELOPING GOOD WORK HABIT
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tipe-tipe pekerjaan saat ini sangat bervariasi dalam hal ruang lingkup dan ukuran dan mungkin akan memiliki beberapa praktik yang unik pada pekerjaan itu. Misalnya, sebuah organisasi yang umum adalah organisasi akademik yaitu universitas. Terdapat beberapa ritual dalam perguruan tinggi, seperti orientasi mahasiswa baru, pestafrat ernit y(perkumpulan khusus mahasiswa di perguruan tinggi sertasorority(perkumpulan khusus mahasiswi), serta makanan kantin. Praktik-praktik seperti bimbingan dan magang juga memberi ciri kebanyakan institusi di perguruan tinggi.
Jelaslah bahwa inti dari kehidupan pekerjaan ditemukan di dalam budayanya. Dalam hal ini, budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar belakang individu. Melainkan budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah pekerjaan. Budaya kerja mencakup iklim atau atmosfer emosional dan psikologis. Hal ini mungkin mencakup semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat produktivitas. Budaya kerja juga mencakup simbol (tindakan, rutinitas, percakapan, dst.) dan makna-makna yang dilekatkan orang pada simbol- simbol ini. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi antar karyawan dan pihak manajemen.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian dari budaya Kerja?
2.      Apa model-model Budaya Kerja ?
3.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi budaya kerja ?
4.      Bagaimana membangun etika yang baik ditempat kerja ?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Budaya Kerja
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. Tujuan Atau Manfaat Budaya KerjaBudaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
1.      meningkatkan jiwa gotong royong
2.      meningkatkan kebersamaan
3.      saling terbuka satu sama lain
4.      meningkatkan jiwa kekeluargaan
5.      meningkatkan rasa kekeluargaan
6.      membangun komunikasi yang lebih baik
7.      meningkatkan produktivitas kerja
8.      tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.
Jadi bila kata Budaya dan Kerja digabungkan memiliki pengertian yaitu nilai-nilai sosial atau suatu keseluruhan pola perilaku yang berkaitan dengan akal dan budi manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Jadi setiap individu yang bekerja harus memiliki budaya kerja yang baik. Budaya yang kerja yang baik sangat diperluukan agar menjadi pekerja yang berbudi pekerti dan mengerti nilai-nilai yang dijalaninya. Dan tidak membawa individu kepada penyimpangan. Jadi itulah perlunya kita memahami budaya kerja yang baik.
Budaya kerja sangat penting dalam dunia pekerjaan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan seseorang dan dapat mengerti nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kerja tersebut. Sehingga individu ini dapat menjadi karyawan atau pekerja yang baik dan bermanfaat bagi perusahaan yang mempekerjakannya.
Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk memberikan pengetahuan kepada para pekerja atau karyawannya tentang budaya kerja. Karena selain memberikan dan menambah wawasan untuk para karyawannya perusahaan juga dapat meningkatkan kualitas produksi yang dihasilkan oleh perusahaan dan berdampak positif bagi perusahaan. Karena dengan diberikan penyuluhan tentang budaya kerja para pekerja atau karyawan akan menambahkan rasa semangat untuk bekerja, menimbulkan rasa disiplin atas pekerjaanya dan akan menggugah rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pekerja atau karyawan.

B.     Model-model Budaya Kerja
Berikut adalah contoh-contoh model budaya kerja berdasarkan Kajian-kajian yang dilakukan mengenai budaya kerja organisasi telah menampilkan beberapa model tertentu yaitu budaya autoritarian, budaya birokratik, budaya tugas, budaya individualistik, budaya tawar- menawar dan budaya kolektiviti.
1.      Budaya Kerja Autoritarian Budaya kerja jenis ini menumpukan kepada ‘command and control’. Kuasa dan autoriti dalam organisasi biasanya terpusat kepada pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai , hero’ .Pekerja akan diharapkan untuk memperlihatkan kesetiaan yang tinggi kepada pemimpin.
2.      Budaya Kerja Birokratik Budaya kerja birokratik ini berasaskan kepada konsep bahawa organisasi boleh diurus dengan cekap menerusi kaedah pengurusan bersifat impersonal, rasional, autoriti dan formaliti. Impersonal bermaksud setiap pekerja tertakluk kepada peraturan dan prosedur yang sama dan harus menerima layanan yang sama. Peraturan dan prosedur tersebut adalah dilaksanakan secara formal untuk mengingatkan pekerja akan etika dan keperluan yang dikehendaki daripada mereka.
Jawatan dalam organisasi adalah disusun mengikut hierarki supaya tanggungjawab, penyeliaan, autoriti dan akauntabiliti jelas dan mudah diikuti. Manakala untuk mempastikan kelancaran dan kecekapan kerja, pengkhususan tugas dilakukan iaitu dengan memecah- mecahkan kerja menjadi lebih spesifik supaya pekerja mudah menguasai dan cekap melakukannya. Dalam masa yang sama, faktor meritokrasi digunapakai dalam organisasi iaitu pengambilan pekerja, kenaikan pangkat dan pemberian ganjaran diberi berdasarkan kebolehan dan prestasi kerja masing-masing.
3.      Budaya Kerja Fungsional Organisasi-organisasi kerja yang berjaya di Barat sering mengamalkan budaya kerja fungsional atau ‘project-based’ ini. Dalam konsep fungsional, kerja dalam organisasi dibagi dan ditugaskan kepada individu atau pasukan tertentu. Projek yang paling penting akan diserahkan kepada pekerja atau sekumpulan pekerja yang paling berkemampuan. Apabila projek tersebut selesai, maka tugas individu atau kumpulan akan selesai dan kumpulan baru pula akan dibentuk bagi melaksanakan projek yang lain. Oleh itu, struktur kumpulan adalah fleksibel dan interaksi adalah berasaskan kemahiran dan hormat-menghormati. Keputusan akan diperolehi selepas perbincangan, perundingan dan persetujuan para anggota projek. Oleh itu kejayaan dinilai berasaskan kebolehan menyempurnakan projek yang memuaskan pelanggan. Bekerja secara bersama bagi menjayakan sesuatu projek ini membentuk solidariti pekerja dan mendorong penyesuaian antara personaliti yang berbeza kerana mereka sama-sama bertanggungjawab kepada kejayaan organisasi.
4.      Budaya Kerja Individualistik Dalam organisasi yang mengamalkan budaya kerja ini, individu tertentu menjadi tumpuan utama. Terdapat universiti yang bergantung kepada profesor ternama untuk menarik pelajar dan mendapatkan tajaan. Begitu juga firma konsultansi atau guaman biasanya bergantung penuh kepada individu (konsultan atau peguam) tertentu yang popular bagi menarik pelanggan. Dalam organisasi seperti ini segelintir kecil pekerja adalah tulang belakang kejayaan syarikat kerana mereka mempunyai reputasi, kredibiliti, kepandaian dan keterampilan. Kebolehan mendapatkan pelanggan seringkali menyebabkan mereka kurang terikat kepada peraturan dan prosedur. Kenaikan pangkat sepenuhnya bergantung kepada meritokrasi kerana setiap orang perlu membuktikan bahawa mereka memberi sumbangan yang lebih daripada orang lain kepada organisasi.
5.      Budaya Kerja Tawar Menawar Dalam organisasi jenis ini, kesatuan pekerja diiktiraf sebagai bagian utama dalam organisasi. Kesatuan sekerja berfungsi untuk menjaga kepentingan pekerja dan membantu pengurusan mencapai matlamat organisasi. Perundingan dan tawar menawar berlangsung berdasarkan perundangan dan prosedur yang diakui oleh kedua-dua belah pihak. Meskipun pertikaian dan pertentangan pendapat kadangkala berlaku antara kesatuan sekerja dan majikan, tetapi ia sering dapat diselesaikan di meja rundingan. Dari satu segi pihak pengurusan boleh mendapat pandangan wakil kesatuan sekerja bagi melaksanakan peraturan, sistem dan ganjaran. Manakala kesatuan sekerja akan mempastikan hak, kepentingan dan kebajikan pekerja diberi jaminan. Secara keseluruhannya pendekatan ini yang berkonsepkan hubungan rapat majikan pekerja bertujuan untuk mewujudkan situasi menang-menang antara kedua belah pihak.
6.      Budaya Kerja Kolektif Dikatakan bahawa antara kunci kejayaan organisasi Jepun adalah kebolehan mereka untuk menggunakan idea dan cadangan pekerja bawahan. Ini karena pekerja adalah ‘pemilik proses kerja’ dan mereka lebih mengetahui tentang sistem dan tatacara melaksanakan kerja berbanding orang lain. Dengan itu pekerja diberi peluang untuk mengemukakan cadangan dan kreativitas bagi memperbaiki proses kerja, sistem dan prosedur. Dalam budaya kerja ada hal lain yang berkaitan dengan budaya kerja. Yaitu Etos kerja yang  dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan melalui perilaku kerja mereka secara khas (Sinamo, 2003,2).
Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal penting seperti:
a.       Orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin.
b.      Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat penting guna efesien dan efektivitas bekerja.
c.       Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.
d.      Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.
e.       Persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.
Aspek Kecerdasan yang Perlu Dibina dalam Diri, untuk Meningkatkan Etos Kerja :
a.       Kesadaran : keadaan mengerti akan pekerjaanya.
b.      Semangat : keinginan untuk bekerja.
c.       Kemauan : apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
d.      Komitmen : perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).
e.       Inisiatif : usaha mula-mula, prakarsa dalam bekerja.
f.       Produktif : banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.
g.      Peningkatan : proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan sebagainya dalam bekerja.
h.      Wawasan : konsepsi atau cara pandang tentang bekerja.(Siregar, 2000, p.24)
Cara-cara menumbuhkan etos kerja kepada individu yaitu, sebagai berikut :
a.       Menumbuhkan sikap optimis :
·         Mengembangkan semangat dalam diri
·         Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
·         Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
b.      Jadilah diri anda sendiri :
·         Lepaskan impian
·         Raihlah cita-cita yang anda harapkan
c.       Keberanian untuk memulai :
·         Jangan buang waktu dengan bermimpi
·         Jangan takut untuk gagal
·         Merubah kegagalan menjadi sukses
d.      Kerja dan waktu :
·         Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
·         Jangan cepat merasa puas
e.       Kosentrasikan diri pada pekerjaan :
·         Latihan berkonsentrasi
·         Perlunya beristirahat
f.       Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan

Budaya Kerja Menurut kamus Webster, budaya adalah ide, adat, keahlian, seni, dan lain-lain yang diberikan oleh manusia dalam waktu tertentu. Budaya menyangkut moral, sosial, norma-norma perilaku yang mendasarkan pada kepercayaan, kemampuan dan prioritas anggota organisasi.
Budaya kerja merupakan sistem nilai, persepsi, perilaku dan keyakinan yang dianut oleh tiap individu karyawan dan kelompok karyawan tentang makna kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai tujuan organsiasi dan individual. Budaya kerja penting dikembangkan karena dampak positifnya terhadap pencapaian perubahan berkelanjutan ditempat kerja termasuk peningkatan produktivitas ( kinerja).
Budaya kerja diturunkan dari budaya organisasi. Budaya Organisasi itu sendiri merupakan  sistem nilai yang mengandung cita-cita organisasi sebagai sistem internal dan sistem eksternal sosial. Hal itu tercermin dari isi visi, misi, dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, seharusnya setiap organisasi memiliki identitas budaya tertentu dalam organisasinya. Dalam perusahaan dikenal sebagai budaya korporat dimana didalamnya terdapat budaya kerja.
Kekuatan yang paling kuat mempengaruhi budaya kerja adalah kepercayaan dan juga sikap para pegawai. Budaya kerja dapat positif, namun dapat juga negatif. Budaya kerja yang bersifat positif dapat meningkatkan produktifitas kerja, sebaliknya yang bersifat negatif akan merintangi perilaku, menghambat efektivitas perorangan maupun kelompok dalam organisasi.
Aktualisasi budaya kerja produktif sebagai ukuran sistem nilai mengandung komponen-komponen yang dimiliki seorang karyawan, yakni :
1.      Pemahaman substansi dsar tentang makna bekerja
2.      Sikap terhadap pekrjaan dan lingkungan pekerjaan
3.      Perilaku ketika bekerja
4.      Etos Kerja
5.      Sikap terhadap waktu
6.      Cara atau alat yang digunakan untuk bekerja.
Semakin  positif nilai komponen-komponen budaya tersebut dimiliki oleh seseorang karyawan, maka akan semakin tinggi kinerjanya. Ceteris paribus. Agar budaya kerja dapat tumbuh berkembang dengan subur dikalangan karyawan dan staf, maka dibutuhkan pendekatan-pendekatan melalui tindakan manajemen puncak dan proses sosialisasi.


C.     Faktor – faktor yang mempengaruhi Budaya Kerja
Menurut pendapat para ahli, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya kerja adalah sebagai berikut :
1.      Perilaku pemimpin
Tindakan nyata dari seorang pemimpin biasanya akan menjadi cermin penting bagi para pegawai.
2.      Seleksi para pekerja
Dengan menempatkan pegawai yang tepat dalam kedudukan yang tepat, akan menumbuh kembangkan rasa memiliki dari para pegawai.
3.      Budaya Organisasi
Setiap organisasi memiliki budaya kerja yang dibangun sejak lama.
4.      Budaya Luar
Didalam suatu organisasi, budaya dapat dikatakan lebih dipengaruhi oleh komunitas budaya luar yang mengelilinginya.
5.      Menyusun misi perusahaan dengan jelas
Dengan memahami misi organisasi secara jelas maka akan diketahui secara utuh dan jelas sesuatu pekejaan yang seharusnya dilakukan oleh para pegawai.
6.      Mengedepankan misi perusahaan
Jika tujuan suatu organisasi sudah ditetapkan, setiap pemimpin harus dapat memastikan bahwa misi tersebut harus berjalan.
7.      Keteladanan pemimpin
Pemimpin harus dapat memberi contoh budaya semangat kerja kepada para bawahannya
8.      Proses pembelajaran.
Pembelajaran pegawai harus tetap berlanjut. Untuk menghasilkan budaya kerja yang sesuai, para pegawai membutuhkan pengembangan keahlian dan pengetahuan.
9.      Motivasi
Pekerja membutuhkan dorongan untuk turut memecahkan masalah organisasi lebih inovatif.
Dengan demikian pemimpin dapat mengembangkan budaya kerja yang adil melalui peningkatan daya pikir pegawai dalam memecahkan masalah ayng ada secara efektif dan efisien. Selanjutnya yang dimaksud budaya kerja dalam penelitian ini adalah kondisi dan iklim kerja yang diciptakan oleh pimpinan dan diberlakukan dalam organisasi untuk dijadikan pedoman sikap dan perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas.
Jadi dalam rangka mengaktualisasikan budaya kerja sebagai ukuran sistem nilai dalam bekrja yang pertama kali harus diupayakan adalah penanaman dalam sikap mental karyawan yang meliputi pemahaman dan pelaksanaan dalam sikap dan pelaksanaan pekerjaannya sehari-hari.
Selain itu perilaku pemimpin merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan budaya kerja dalam suatu organisasi. Dalam hal ini diperlukan keteladanan sikap untuk dapat dijadikan contoh dan panutan oleh semua karyawan, juga kebijakan dalam menentukan arah, tujuan serta visi dan misi suatu organisasi yang akan juga dijadikan landasan dalam pelaksanaan budaya kerja.

D.    Cara Membangun Etika Yang Baik Di Tempat Kerja
Mendatangi meja atau ruangan kerja teman untuk berdiskusi atau sekadar berbincang-bincang adalah salah satu etika yang baik dilakukan dalam lingkungan kantor. Bersosialisasi dengan kolega di kantor dapat menumbuhkan rasa keakraban dan kedekatan satu sama lain.Meski merasa akrab, tidak semua hal dapat Anda ceritakan kepada teman-teman di tempat kerja. Memberikan informasi yang berlebihan tentang diri Anda dapat menyebabkan gosip, salah-salah akan membahayakan karir Anda jika hal itu sampai terdengar atasan.Terlalu dekat dengan rekan kerja atau bahkan atasan tidak cukup baik untuk dilakukan. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan? Berikut cara membangun etika yang baik di tempat kerja:
1.      Berkomunikasi dengan Kolega Saat ini, sudah banyak sekali perusahaan atau individu yang berinvestasi di suatu perusahaan tertentu. Hal tersebut sangat memungkinkan Anda untuk bertemu dengan banyak kolega setiap harinya.Salah satu cara membangun etika yang baik adalah dengan berkomunikasi dengan kolega. Bukalah percakapan dengan sapaan yang ramah dan berbicaralah dengan tema yang umum. Jika ia melakukan sesuatu yang luar biasa, Anda dapat memberinya pujian sesekali dan jangan berlebihan.Hindari percakapan yang menyinggung perasaan, melecehkan dan menggoda rekan kerja lainnya. Hal tersebut bukan saja akan dapat menghambat budaya kerja dan menciptakan ketegangan, tetapi juga permusuhan di dalam kantor.
2.      Pakaian Mencerminkan Kepribadian, Kepribadian merupakan kesan yang ditimbulkan, dan sikap tercermin dari pakaian yang Anda kenakan saat pergi ke kantor. Wanita yang mengenakan pakaian terbuka tentu saja akan mengundang perhatian dan mendapat komentar yang tidak perlu. Sementara, pakaian dan sepatu yang sesuai dengan lingkungan kerja akan membuat Anda terlihat elegan dan dihormati. Maka, pastikan Anda bersikap sebagaimana ingin dihormati di tempat kerja. Berjalan dengan tegap dan percaya diri adalah hal yang harus Anda lakukan. Ingat, berhati-hatilah dengan penampilan.
3.      Menjaga Sikap Pastikan Anda tidak sedang sakit pada setiap acara kantor atau ketika berada di tempat kerja. Hal-hal sederhana seperti menghadiri pertemuan, mematikan atau membuat nada silent saat bekerja, mengatur nada dering dengan volume yang cukup adalah etika yang baik saat di kantor.Hal-hal lain seperti berkonsentrasi pada pekerjaan Anda sendiri, tidak mengintip ke layar komputer rekan kerja, merupakan sikap umum yang juga dapat dipraktekan. Anda tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang siapa Anda, jika ada hal-hal yang harus diketahui rekan kerja Anda, sampaikanlah dengan jelas dan tanpa bertele-tele. Berusahalah bersikap diplomatis.Terakhir namun tidak kalah penting, jangan biarkan sesuatu atau seseorang menghambat kinerja Anda. Kinerja yang dibentuk dari sopan santun dan perilaku yang baik akan memberikan nilai positif
4.      Hormati privasi kolega. Sangat tidak etis untuk mengintip email rekan kerja Anda. Aturan yang sama juga berlaku pada ponsel yang berdering. Anda tidak perlu tahu siapa yang menelepon kolega Anda.
5.      Adab, Ketika bergabung dengan rekan kerja untuk makan siang, ingatlah untuk meletakkan segala sesuatu kembali di tempatnya masing-masing. Tariklah kursi tanpa mengeluarkan suara. Selain itu, pastikan Anda berdiri ketika kolega datang, dan duduk kembali ketika mereka telah duduk di kursinya masing-masing.
6.      Jika meminjam alat tulis, atau barang kantor dari seorang rekan, pastikan Anda mengembalikannya setelah selesai digunakan. Termasuk ketika meminjam uang. tidak semua orang suka untuk menagih, maka bayarlah hutang Anda secepatnya.
7.      Pastikan Anda menghormati pekerjaan rekan kerja Anda. Jika tidak melakukan pekerjaan tertentu, pastikan tidak mengambil alih pekerjaannya, dan sebaliknya.
Membangun adalah setiap kegiatan mendirikan, membongkar, memperbaharui, merubah, mengganti seluruh atau sebagian, memperluas bangunan atau bangun bangunan.























BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Jadi bila kata Budaya dan Kerja digabungkan memiliki pengertian yaitu nilai-nilai sosial atau suatu keseluruhan pola perilaku yang berkaitan dengan akal dan budi manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Jadi setiap individu yang bekerja harus memiliki budaya kerja yang baik. Budaya yang kerja yang baik sangat diperluukan agar menjadi pekerja yang berbudi pekerti dan mengerti nilai-nilai yang dijalaninya. Dan tidak membawa individu kepada penyimpangan. Jadi itulah perlunya kita memahami budaya kerja yang baik.
Budaya kerja sangat penting dalam dunia pekerjaan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan seseorang dan dapat mengerti nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kerja tersebut. Sehingga individu ini dapat menjadi karyawan atau pekerja yang baik dan bermanfaat bagi perusahaan yang mempekerjakannya.
penting bagi perusahaan untuk memberikan pengetahuan kepada para pekerja atau karyawannya tentang budaya kerja. Karena selain memberikan dan menambah wawasan untuk para karyawannya perusahaan juga dapat meningkatkan kualitas produksi yang dihasilkan oleh perusahaan dan berdampak positif bagi perusahaan. Karena dengan diberikan penyuluhan tentang budaya kerja para pekerja atau karyawan akan menambahkan rasa semangat untuk bekerja, menimbulkan rasa disiplin atas pekerjaanya dan akan menggugah rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pekerja atau karyawan.

Post a Comment

0 Comments