BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kecerdasan
atau intelegensi, merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup
yang hanya dimiliki oleh manusia. Intelegensi ini diperoleh sejak lahir, akan
tetapi perkembangan kecerdasan atau intelegensi itu didapatkan seseorang
seiring perkembangannya dalam kehidupan. Kecerdasan terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan
kecerdasan emosional (EQ). Ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Agar terjadi keseimbangan maka ketiganya harus
diasah dengan baik melalui suatu proses pembelajaran dan pengalaman-pengalaman
tersendiri.
Intelegensi sangat penting bagi
kehidupan seseorang, karena tanpa intelegensi tersebut, seseorang tidak akan
mampu untuk membedakan sesuatu, baik itu hal yang nyata maupun hal yang tidak
nyata. Intelegensi itu berkembang dan didapatkan melalui proses pembelajaran. Jika
intelegensi itu tidak diasah, maka intelegensi itu tidak akan berkembang dan
tidak akan ada perubahan.
Intelegensi atau kecerdasan tidak hanya
terpaut pada kecerdasan individual saja. Tetapi adapula kecerdasan majemuk, yang
mana merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk
belajar dari pengalaman masalalu seseorang. Teori ini dicetuskan oleh Howard
Garner, Psikologi dari Harvard University. Melalui materi kecerdasan majemuk,
akan menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang
intelegensi. Pendidikan atau pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada
pengembangan potensi anak bukan berorientasi pada idealisme guru atau orangtua.
Berdasarkan latarbelakang diatas maka
penulis mencoba membahas tentang kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligence. Agar kecerdasan majemuk itu dapat
dikembangkan dengan baik dalam proses pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Multiple Intelligence?
2. Apakah
jenis-jenis Intelligence?
3. Bagaimana
peran Multiple Intelligence dalam
dunia Pendidikan?
C.
Tujuan
Penulisan
Setelah membaca makalah ini pembaca
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan
pengertian Multiple Intelligence.
2. Menjelaskan
jenis-jenis Multiple Intelligence.
3. Untuk
mengetahui peran-peran Multiple pada praktek Pendidikan.
D.
Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk membantu
pembaca dalam memahami pengertian multiple
intelligence, jenis-jenis dan bagaimana menerapkan multiple intelligence pada praktek pendidikan. Agar pembaca mengetahui
bagaimana intelegence itu berpengaruh bagi kehidupan kita, dan bisa
memanfaatkan teori kecerdasan majemuk itu dalam proses pembelajaran. Dan agar dapat
menjadi seseorang guru/tenaga pendidik yang tidak hanya menilai kecerdasan anak
hanya dari prestasi yang diukur dari kemampuan Matematika dan Bahasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Multiple Intellegence
Intellegence
(Kecerdasan) adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan
produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi nyata
(Gardner: 1983;1993).
Pendapat
bahwa intelegensi merupakan suatu kemampuan yang jamak adalah sebagai hasil
perkembangan ilmu pengetahuan kognitif, psikologi perkembangan dan
neuroscience. Tiga bidang ilmu ini menyimpulkan bahwa intelegence seseorang
sebenarnya merupakan swatantra kecakapan (faculties) yang dapat bekerja secara
individual atau secara “berorkestra” dengan yang lain (Calvin, 2000).
Teori
kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence
atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard
Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk
(KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam
pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar
psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang
pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner
berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada
delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa
(linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical),
spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal
(intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits).
Teori kecerdasan majemuk atau MI memiliki
landasan pengkategorian. Hal ini dimaksudkan agar kedelapan jenis kecerdasan tersebut berkembang sepenuhnya, bukan sekedar bawaan, kemampuan
atau bakat. Kriteria
yang digunakan Gardner adalah
sebagai berikut.
1. Letak
dalam Otak
Gadner mengamati
bahwa orang-orang yang pernah mengalami
kecelakaan atau penyakit tertentu
mempengaruhi wilayah otak tertentu
pula. Cedera ini
mengganggu kecerdasan tertentu, tetapi
sama sekali tidak mempengaruhi kecerdasan yang lain. Orang yang mengalami
cidera di wilayah Broca (lobus kiri depan), misalnya,
akan mengalamai kesulitan memproduksi ujaran,
tetapi masih dapat mengerjakan
soal matematika, menari,
mengekspresikan perasaan, dan
menjalin hubungan
dengan orang lain.
Berikut ini merupakan sistem neurologis dalam otak yang merupakan
wilayah primer tiap jenis kecerdasan.
Jenis
Kecerdasan
|
Wilayah
Primer dalam Otak
|
Jenis
Kecerdasan
|
Wilayah
Primer dalam Otak
|
Linguistik
|
Lobus temporal kiri dan lobus bagian depan (termasuk Broca
& Wernicke)
|
Musikal
|
Lobus temporal kanan
|
M a t e m a t i s –
Logis
|
Lobus bagian depan kiri dan parietal kanan
|
Interpersonal
|
Lobus
bagian depan, lobus temporal (terutama hemisfer kanan), system limbic
|
Spasial
|
B agi an bel akang hem i sfer
kanan
|
Intrapersonal
|
L o b u s
b
ag i an d ep an ,
l
o b u s parietal,
sistem limbic
|
K i n e s
t e t i k –
Jasmani
|
S erebel um , basal
gangl i a, motor
korteks
|
Naturalis
|
Wilayah-wilayah
lobus pariental kiri yang penting untuk membedakan makhluk hidup dengan benda
mati.
|
2. Adanya
Bukti Personalitas
Gardner memberi contoh profil pada orang-orang
tertentu yang sangat menonjol
pada satu jenis kecerdasan
tertentu, tetapi rendah dalam kecerdasan lain atau savant (seperti
Raymond dalam film Rain Man)
3. Tiap
Kecerdasan Memiliki Waktu Kemunculan dan Perkembangan
Kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan yang
bernilai budaya dan
seseorang (dalam kegiatan itu) mengikuti
pola perkembangan tertentu. Musik berkembang
lebih awal dan bertahan
lama
(sampai tua), kecerdasan
visual dalam
wujud
melukis dapat
muncul pada usia dewasa (seperti kasus nenek moses).
Kecerdasan
|
Kemunculan Perkembangan
|
Kecerdasan
|
Kemunculan Perkembangan
|
Linguistik
|
Meledak pada masa anak-anak
terus berlanjut hingga
usia lanjut
|
Musikal
|
B erkem bang pal i ng awal ,
si
genius kadang mengalami krisis
perkembangan
|
M a t e m a t i s –
Logis
|
Memuncak
pada masa remaja
dan awal dewasa, menurun setelah 40 tahun
|
Interpersonal
|
Masa kritis tiga tahun
pertama
|
Spasial
|
Usi a 9-10 t
ahun dan peka
artistik sampai tua
|
Intrapersonal
|
Pembentukan batas diri dan orang lain masa 3 th pertama
|
Kinestetis
|
B ervariasi,
bergantung pada
k o m p o n e n k e k u a t a n , fleksibilitas, domain gimnastik
|
Naturalis
|
M u n
cu l s ecara
d
ram at i s
p
d sebagian anak
dpt
dikembangkan melalui sekolah/ pengalaman
|
4. Sejarah
Evolusioner dan Kenyataan Logis Evolusioner
Tiap jenis kecerdasan memiliki
bukti hidtoris, seperti spasial dapat ditemukan pada gambar-gua
Lascaux, irama
terbang serangga waktu mencari bunga, musikal melalui
instrumen musik purba, dan sebagainya.
5. Dukungan
Temuan Psikometrik
Dapat memanfaatkan tes standar untuk menilai
kecerdasan dengan cara yang terkontekstualisasikan (memanfaatkan
skala kecerdasan Wechsler untuk linguistik,
matematis logis, spasial, kinsetetik; dll)
6. Dukungan
Penelitian Psikologi Eksperimental
7. Tiap
Kecerdasan memiliki Rangkaian Cara kerja Dasar
Setiap kecerdasan membutuhkan cara kerja tertentu dan dapat
berfungsi menggerakkan kegiatan yang khas pada setiap kecerdasan. Kinestetik misalnya,
bercara dasar kerja
: mampu menirukan gerakan fisik, mampu menguasai gerak rutin
motorik halus dalam menyusun
bangunan.
8. Kemudahan
Menyandikannya ke dalam Sistem Simbol
Setiap kecerdasan
punya simbol sendiri-sendiri.
Kecerdasan
|
Sistem Simbol
|
Kecerdasan
|
Sistem Simbol
|
Linguistik
|
Simbol
Fonetis/mis
|
Musikal
|
Notasi
musik, kode morse
|
Matematis-Logis
|
Simbol
matematis
|
Interpersonal
|
Simbol
sosial, ekspresi, gerak isyarat
|
Spasial
|
Simbol Ideologis
(tulisan
cina),
|
Intrapersonal
|
Simbol
diri (dalam mimpi & karya
seni)
|
Kinestetis
|
Bahasa
Isyarat, Braille
|
Naturalis
|
Klasifikasi, peta habitat
|
B. Jenis-jenis Multiple
Intelligence
Multiple Intelligence
menurut Gardner terdapat 9 kategori kecerdasan manusia sebagai berikut:
a.
Kecerdasan Bahasa
(Linguistic Intelligence)
Kecerdasan
bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa
tulisan dan lisan. Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari
kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam
membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk
memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak
orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam
bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya
para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang
semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan
bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan
uniknya.
Komponen
lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003)
menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar
lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena
kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang
menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang
yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini
disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa
menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik
pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).
Mereka
yang memiliki kecerdasan ini akan mudah memahami bacaan dan suka menulis, mampu
mengapresiasikan apa yang dia baca, mampu berkomunikasi dua arah. Profesi yang
cocok bagi mereka seperti jurnalis, penyair, pengacara.
b.
Kecerdasan
Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Bentuk
lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer
(2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan
berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”.
Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan
logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan
cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat
alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau
melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain
sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika (Gardner,
2003).
Kecerdasan
dalam hal angka dan logika. Mereka yang memiliki kecerdasan ini memiliki
kemampuan berpikir yang sistematis deduktif dan induktif, mereka juga lebih
cepat tanggap dengan masalah, dia bekerja secara berurutan atau sistematis.
Profesi yang cocok bagi mereka seperti ilmuwan, akuntan, programmer.
Ciri-ciri
: Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat,
menciptakan hipotesis, pandangan hidupnya bersifat rasional.
c.
Kecerdasan Visual-Spasial
(Visual-Spatial Intelligence)
Kecerdasan
ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan
ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui
gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 :
173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk
merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan
modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan
kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari
stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak
profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang
pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta;
seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan
seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat
menerima operan bola (Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan
dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Kecerdasan
yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan
menciptakan kembali berbagai macam aspek visual. Profesi yang cocok bagi mereka
seperti arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur.
Ciri-ciri
: Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan
ruang, mudah memperkirakan jarak dan ruang, membuat sketsa ide dengan jelas.
d.
Kecerdasan Kinestetik-Tubuh
(Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Suatu
kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan
kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik
menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan)
dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting)
maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh
dalam mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada
juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain
basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang
menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya,
memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi
sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).
Kecerdasan
menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan.
Orang yang yang memiliki kecerdasan ini biasanya cepat menghafal atau
meniru gerak tari yang dilihatnya, dan tubuhnya lues dalam melakukan gerakan.
Profesi yang cocok bagi mereka seperti atlet, pengrajin, montir, menjahit,
merakit model.
Ciri-ciri
: Menikmati kegiatan fisik (olahraga), cekatan dan tidak bias tinggal
diam, berminat dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan gerak dinamis.
e.
Kecerdasan Musik (Musical
Intelligence)
Kecerdasan
yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat
musik. Shearer (2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi
kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta
aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi
musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Agar dapat dikatakan menonjol pada
kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan
baik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang
mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat
pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan
bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar
seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari
daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan
komponen memori. Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang
memiliki kecerdasan musik yang menonjol.
Kecerdasan
untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara.
Orang yang memiliki kecerdasan ini biasanya mudah menghafal lirik lagu, dan
menciptakan nada-nada yang indah. Profesi yang cocok bagi mereka seperti
konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb.
Ciri-ciri
: Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama, mendengar
music dengan tingkat ketajaman lebih.
f.
Kecerdasan Interpesonal
(Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan
kedua yang berhubungan dengan orang dan pemahaman terhadap diri sendiri
merupakan hubungan interpersonal. Kecerdasan interpersonal, sebagai sisi lain
dari kecerdasan intrapersonal, sangat berhubungan dengan kemampuan untuk
memahami orang lain. Shearer (2004: 6) menyatakan bahwa “Kecerdasan
interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar
individu. Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan
menerima perbedaan antar individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana
hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh profesi yang pekerjaan
sehari-harinya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau
pedagang perlu lebih trampil dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih
berhasil di tempat kerja (Checkley, 1997). Namun hal itu jauh lebih sulit bagi
beberapa orang yang bekerja bersama orang lain di mana mereka tidak bisa
memahami atau dengan siapa mereka tidak bisa berhubungan.
Kecerdasan
untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan
temperamen orang lain. Mereka cenderung memiliki kelebiah dalam gabungan antara
perkembangan dan pertumbuhan tingkat kematangan dua sisi (pribadi dan
kemampuan). Profesi yang cocok bagi mereka seperti networker, negotiator, guru.
Ciri-ciri
: Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka, menjalin kontak mata
dengan baik, menunjukan empati pada orang lain, mendorong orang lain
menyampaikan kisahnya.
g.
Kecerdasan Intrapersonal
(Intrapersonal Intelligence)
Ada
dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama
kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal
itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan
bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi
penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi,
dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal
yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut
potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang
menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang
baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya
tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.
Kecerdasan
pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar
pengenalan diri. Mereka juga memiliki kemampuan memahami diri sendiri. Profesi
yang tepat bagi mereka adalah konselor dan teolog.
Ciri-ciri
: Membedakan berbagai macam emosi, mudah mengakses perasaan sendiri,
menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya, mawas diri
dan suka meditasi, lebih suka kerja sendiri.
h.
Kecerdasan Naturalis
(Naturalist Intelligence)
Lama
sekali setelah Gardner menulis bukunya, Frames of Mind, ia menemukan bentuk
kecerdasan yang lain. Bentuk kecerdasan kedelapan yang dimaksud oleh Gardner
adalah kecerdasan naturalis. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Orang yang
menonjol dalam kecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan
pemahaman tentang kehidupan dan alam (tanaman, hewan, geologi)”. Ada banyak
bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani, ilmuwan,
ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam (Shearer,
2004). Walaupun ada banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan
naturalis, banyak orang dapat memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan
pemahaman sederhana dan memahami hakikat alam.
Kecerdasan
memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan
mengembangkam pengetahuan akan alam. Mereka juga memiliki kecerdasan melebihi
orang lain dalam melatih diri secara otodidak. Profesi yang tepat bagi yang
memiliki kecerdasan ini di antaranya petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
Ciri-ciri
: Mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang, senang
kegiatan di luar (alam).
i.
Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan
untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia
Kemampuan menyeimbangkan moral, iman dan subjektifitas. Mereka cocok untuk
profesi filsuf, teolog.
Ciri-ciri : Mempertanyakan
hakekat segala sesuatu, mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/
dunia.
C.
Poin-poin Kunci dalam Teori MI
Menurut teori multiple
intelligences, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Setiap
orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin
berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada
pula yang hanya rata-rata
dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
b. Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan
yang memadai; Kecerdasan
dapat distimulasi, dikembangkan sampai batas tertinggi
melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran.
c. Kecerdasan-kecerdasan
umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks.
Dalam aktivitas
sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam
satu rangkain : menendang bola (kinestetik), orientasi diri di lapangan (spasial),
mengajukan protes ke wasit (linguistik dan interpersonal)
d.
Ada
banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Seseorang yang cerdas linguistik
mungkin tidak pandai menulis, tetapi
pandai bercerita dan berbicara secara memukau.
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Multiple Intelligences
Kecerdasan yang dimiliki seseorang
dapat berkembang sampai tingkat kemampuan yang disebut mumpuni. Pada tingkat
ini, kemampuan seseorang di bidang tertentu, yang berkaitan dengan kecerdasan
itu, akan terlihat sangat menonjol.
Menurut Armstrong (1993:21-22) berkembang tidaknya suatu kecerdasan bergantung
pada tiga faktor penting berikut:
a.
Faktor Biologis
(biological endowment), termasuk di dalamnya faktor keturunan atau genetis
dan luka atau
cedera otak sebelum,
selama, dan setelah kelahiran.
b.
Sejarah hidup pribadi,
termasuk di dalamnya adalah pengalaman-pengalaman (bersosialisasi dan hidup)
dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang lain, baik yang membangkitkan
maupun yang menghambat perkembangan kecerdasan.
c.
Latar belakang kultural
dan historis, termasuk waktu dan tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan
serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural di tempat yang
berbeda.
E.
Penerapan Multiple pada Praktek-Prektek Pendidikan
Dalam menerapkan
pembelajaran berbasis multiple
intelligences pihak sekolah memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan
mulai dari persiapan, pelaksanaan dan penelitian.
a.Persiapan
Persiapan yang
dilakukan mencakup dua tahap, yakni mengenali inteligensi siswa dan menyusun
rencana pembelajaran/ lesson plan.
Proses mengenali siswa dilakukan dengan menggunakan tes, adapun tes yang
digunakan adalah TIMI (Tes Interest
Multiple Intelligence). Hal tersebut sependapat dengan yang diungkapkan
oleh Paul Suparno (2004: 79) bahwa terdapat beberapa langkah yang perlu
diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis multiple intelligence salahsatunya adalah mengenal intelegensi
ganda pada siswa. Ia juga mengatakan untuk dapat meneliti kecerdasan siswa
antara lain menggunakan tes, observasi dan mengumpulkan dokumen-dokumen siswa.
Selanjutnya penyusunan
rencana pembelajaran/ lesson plan
dibuat oleh guru dengan membuat sebuah coretan-coretan dalam buku khusus.
Menurut Munif Chatib (2012: 57) aspek yang terdapat pada lesson plan meliputi:
1) header, yang meliputi identitas
sekolah dan keterangan silabus. 2) content
atau isi, yang meliputi apersepsi dan motivasi, prosedur activitas /kegiatan
pembelajaran, peralatan dan evaluasi, 3) footer
atau penutup.
b.
Pelaksanan
pelaksanaan
pembelajaran ini mengacu pada kegiatan yang mencerminkan apersepsi dan motivasi
serta kegiatan-kegiatan pembalajaran berbasis multiple intelligences. Kegiatan apersepsi dan motivasi dilakukan
dengan kegiatan alfa zona, warmer, pre-teach dan scene setting. Berdasarkan
hasil observasi siswa untuk membangun konsep awal pembelajaran.
Selanjutnya,
pelaksanaan untuk kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligence terdiri dari pengembangan untuk kesembilan
jenis kecerdasan. Kecerdasab linguistik-verbal yang sering guru berikan untuk
siswa adalah dengan meminta siswa membacakan cerita didalam kelas, membacakan
presentasi, memberi siswa untuk berbicara dan mengemukakan pendapat dan memberikan kesempatan siswa untuk
menulis.
c.
Penilaian
Penilaian yang
digunakan oleh guru adalah penilaian autentik dengan mengacu pada 3 rahanah,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Munif Chatib (2013: 168) menjelaskan
bahwa alat penilaian untuk penilaian kognitif diantaranya tes lisan dan tes
tertulis. Tes lisan guru lakukan dengan memberikan pertanyaann kepada siswa
terkait bilangan pangkat 3 dan siswa yang bisa menjawab akan mendapatkan nilai.
Sedangkan untuk tes tertulis tidak dilakukan oleh guru. Selain itu guru juga
mengadakan penugasan, penugasan yang diberikan guru adalah membuat sebuat cerita
tentang kepahlawanan dan pengalaman interaksi dengan orang lain.
Selanjutnya penilaian
afektif dilakukan dengan melakukan syiar bulanan, Pengamatan/observasi dan
penelitian diri. Pelaksanaan pengamatan/ observasi dan penilaian diri. Pelaksanaan
pengamatan/observasi dan penilaian diri sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Kemendibud (2014:35-36) bahwa penilaian sikap dapat dinilai dengan menggunakan
Teknik observasi, peilaian diri, penilaian antar teman, dn jurnal catatan guru.
Penilaian psikomotorik
dilakukan guru dengan memfasilitasi siswa melakukan tugas proyek dan praktek. Hal
tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh kemendigbud (2014: 36-37) bahwa
penilaian keterampilan (psikomotorik) dapat menggunakan penilaian unjuk kerja
atau praktik, projek, dan potofolio.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Intellegence (Kecerdasan) adalah
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu
setting yang bermacam-macam dan dalam situasi nyata (Gardner; 1983;1993).
Gardner
berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada
delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa
(linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical),
spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal
(intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Multiple Intelligences sebagai berikut :
Faktor Biologis (biological endowment), Sejarah
hidup pribadi, Latar belakang kultural dan historis.
Di
dalam dunia Pendidikan Multiple
Intelligence memiliki beberapa langkah yang harus dipersiapkan oleh pihak
sekolah, diantaranya:
1. Persiapan
dilakukan dengan 2 tahap, yaitu mengenali intelegensi siswa dengan menggunakan
TIMI (Tes Interest Multiple Intelligences) dan menyusun
rencana pembelajaran/ lesson plan berupa coret-coret yang dituliskan pada buku
khusus milik guru.
2. Pelaksanaan
pembelajaran sudah melakukan apersepsi dan motivasi untuk siswa dengan
memberikan kegiatan alfa zona, warmer, pretech, dan scene setting. Selain itu,
guru juga sudah memfasilitasi siswa untuk belajar melalui kesembilan jenis
kecerdasan, meskipun dalam pembelajaran kesembilan jenis kecerdasan itu tidak
dilakukan guru dalam satu waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Kemendigbud.
(2014). Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 SD Tahun 2014 SD Kelas V. Jakarta: Kementerin
Pendidikan dan Kebudayaan.
Munif
Chatib. (2012). Gurunya Manusia.
Bandung: Kaifa.
Munif
Chatib. (2012). Sekolahnya Manusia.
Bandung: Kaifa.
Paul
Suparno. (2004). Psikologi Pendidikan.
Semarang: Walisongo.
http://unhaslaw.blogspot.com/2014/01/multiple-intelligences-kecerdasan.html
0 Comments